Kategori: Kurikulum


CARA PRAKTIS MENYUSUN KURIKULUM


Bagaimana menyusun kurikulum dengan baik? adalah pertanyaan yang selalu muncul ketika kita harus menyusun atau melakukan evaluasi terhadap kurikulum yang ada, pada tulisan yang lalu telah tersedia bahan-bahan yang dapat digunakan dalam menyusun kurikulum khususnya untuk bidang ilmu komputer (http://rzabdulaziz.wordpress.com/2014/03/02/kurikulum-program-studi-pada-fakultas-ilmu-komputer/).

Ada enam aspek yang menjadi perhatian dalam menyusun kurikulum yaitu :

  1. Visi dan misi serta tujuan perguruan tinggi (PT), Visi dan misi serta tujuan  jurusan / program studi. Warna visi, misi dan tujuan perguruan tinggi, dan jurusan /program studi harus tercermin dalam kompetensi lulusan program studi  yang akhirnya termuat dalam mata kuliah.
  2. Body of knowledge; yang merupakan tubuh dari ilmu pengetahuan itu sendiri, body of knowledge memuat mata kuliah inti yang harus ada dalam suatu kurikulum. Misalnya prodi komputer tentu harus ada mata kuliah Algoritma, Pengantar Teknologi Informasi, dll. Bila prodi Manajemen tentu harus ada mata kuliah Manajemen, Ekonomi Mikro, Ekonomi Makro, bila prodi Akuntansi harus ada mata kuliah Akuntansi, Akuntasni Biaya, dll.Kurikulum
  3. Reference System; yaitu keinginan dari Perguruan Tinggi (PT) untuk menghasilkan kompetensi lulusannya seperti apa? atau dengan kata lain yaitu kompetensi peminatan dari suatu program studi, atau penekanan kemampuan lulusannya.Kemampuan dan kompetensi dari lulusan yang terdiri dari kompetensi utama, pendukung dan lainnya disusun dalam bentuk bahan-bahan kajian yang muara pada penyusunan mata kuliah.
  4. Environment dan Fasilitas; yaitu suasana lingkungan, dukungan dosen, fasilitas, laboratorium, perpustakaan, tipikal dan kemampuan mahasiswa,  semua pengaruh dari internal.
  5. Demand dan Stakeholder; yaitu kebutuhan dari user / pengguna lulusan, dunia usaha /industri terhadap kompetensi lulusan. Saat ini selain kompetensi bidang studinya, saat ini secara umum dunia usaha pengguna lulusan menginginkan agar tenaga lulusan memiliki attitude yang baik, communication skill, team work ( bisa bekerja dalam tim ), memiliki etiket, dan juga kreatif dan atraktif, semua pengaruh dan kebutuhan eksternal /stakeholder.
  6. Rule dan Regulation; SK Menteri dan peraturan-paraturan yang memuat tentang kurikulum Pendidikan Tinggi..

Yang dimaksudkan dengan Kurikulum, bukan hanya daftar mata kuliah tetapi semua komponen yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran yang teridiri dari :

  1. Kompetensi lulusan program studi.
  2. Peluang karier.
  3. Substansi / bahan kajian.
  4. Bangunan kurikulum.
  5. Daftar mata kuliah (yang dilengkapi dengan Analisis Pembelajaran, Satuan Acara Perkuliahan).
  6. Distribusi mata kuliah dan  tabel mata kuliah persemester.
  7. Mekanisme proses pembelajaran di kelas dan laboratorium.
  8. Sistem evaluasi.
  9. Fasilitas utama dalam proses pembelajaran.
  10. Tenaga dosen, persyaratan akademis dan keahlian dosen.

 

*Buku Kurikulum Pendidikan Tinggi Dikti (Pdf) (BUKU KURIKULUM PENDIDIKAN TINGGI).

*Cara praktis menyusun kurikulum (Pdf) (CARA PRAKTIS MENYUSUN KURIKULUM).


Kurikulum Program Studi pada Fakultas Ilmu Komputer


Kadang-kadang kita mengalami kesulitan dalam penyusunan kurikulum, khususnya bagi kita pengelola Pogram Studi pada Fakultas ilmu Komputer. Berikut ini adalah bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai benchmark ketika menyusun kurikulum. 

  • ACM 2005 (Computing Curricula 2005), covering undergraduate degree programs in
    • Computer Engineering
    • Computer Science
    • Information Systems
    • Information Technology
    • Software Engineering
  • ACM-IS 2010 (Curriculum Guidelines for Undergraduate Degree Programs in Information Systems)
  • ACM-CS2013 (Curriculum Guidelines for Undergraduate Degree Programs in Computer Science)
  • Kurikulum Inti Informatika dan Komputer (APTIKOM 2003)
  • Pemetaan Standard Profesi Bidang Informatika

Bahan Download

Semoga bermamfaat.


KURIKULUM KEWIRAUSAHAAN (ENTREPRENEURSHIP) DI PERGURUAN TINGGI


Globalisasi ekonomi dan era informasi mendorong industri menggunakan sumber daya manusia lulusan perguruan tinggi yang handal dan memiliki jiwa kewirausahaan. Akan tetapi tidak setiap lulusan perguruan tinggi memiliki jiwa kewirausahaan seperti yang diinginkan oleh lapangan kerja tersebut. Kenyataan menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil lulusan perguruan tinggi yang memiliki jiwa kewirausahaan.

Ada suatu pendapat bahwa, saat ini sebagian besar lulusan perguruan tinggi di Indonesia masih lemah jiwa kewirausahaannya. Sedangkan sebagian kecil yang telah memiliki jiwa kewirausahaan, umumnya karena berasal dari keluarga pengusaha atau dagang. Tracer study atau penelusuran lulusan perguruan tinggi yang dilakukan terhadap lulusannya  (Tracer Study, 2004) menunjukkan bahwa jiwa kewirausahaan menempati urutan paling bawah atau paling lemah. Hasil penelusuran lulusan ini menunjukkan bahwa salah satu misi institusi untuk menghasilkan lulusan yang memiliki jiwa kewirausahaan masih belum terpenuhi. Pada kenyataannya menunjukkan bahwa kewirausahaan adalah merupakan jiwa yang bisa dipelajari dan diajarkan. Seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan umumnya memiliki potensi menjadi pengusaha tetapi bukan jaminan menjadi pengusaha, dan pengusaha umumnya memiliki jiwa kewirausahaan. Jiwa kewirausahaan seseorang tercermin pada berbagai hal misalnya kemampuan kepemimpinan, kemandirian (termasuk di dalamnya adalah kegigihan), kerja sama dalam tim, kreatifitas, dan inovasi. Salah satu kemungkinan penyebab lemahnya jiwa kewirausahaan lulusan perguruan tinggi ini ditengarai oleh proses pembelajaran di perguruan tinggi yang masih terbatas pada teori semata dan belum secara terkondisi membangun jiwa kewirausahaan tersebut dalam kegiatan nyata industri dan dunia kerja. Penyebab lainnya adalah perkuliahan masih bertumpu pada cara pembelajaran Teacher Center yaitu dosen sebagai pusat kegiatan pembelajaran. Cara pembelajaran ini terbukti menghasilkan lulusan yang tingkat kemandiriannya rendah.

Disisi lain, krisis ekonomi menyebabkan jumlah lapangan kerja tidak tumbuh, dan bahkan berkurang karena bangkrut. Dalam kondisi seperti ini, maka lulusan PT dituntut untuk tidak hanya mampu berperan sebagai pencari kerja tetapi juga harus mampu berperan sebagai pencipta kerja. Keduanya memerlukan jiwa kewirausahaan. Oleh karena itu, agar supaya PT mampu memenuhi tuntutan tersebut, berbagai inovasi diperlukan diantaranya adalah inovasi pembelajaran dan perubahan silabus dan konten pada mata kuliah kewirausahaan.

Gambar 1. Model Implementasi Kurikulum Kewirausahaan

Pada Gambar 1 ditunjukkan model perubahan kurikumlum kewirausahaan, diharapkan dengan model tersebut lulusan PT akan memiliki jiwa entrepreneurship yang baik.

Tahapan-Tahapan mata kuliah yang dapat di terapkan dalam pengembangan jiwa kewirausahaan mahasiswa, adalah:

1. Mata Kuliah Ekonomi Teknik (untuk mahasiswa dari program studi engineering  atau science) 

Pada mata kuliah ini mahasiswa akan diberitahukan pengetahuan tentang konsep dasar ekonomi, bunga, cash flow,  investasi dan metode-metode penyusutan, dalam pelaksanaannya mahasiswa akan diberikan contoh tentang konsep bunga dan investasi serta bagaimana belajar menggunakan metode-metode pemilihan investasi (ex, IRR, NPP, BCR, dll)

2. Matakuliah Kewirausahaan dan Perencanaan Bisnis

Pada Mata kuliah ini mahasiswa akan diberikan pengetahuan yang riel bagaimana memunculkan ide sampai dengan pembuatan proposal perencanaan bisnis. Dalam pelaksanaannya mahasiswa akan di dampingi oleh dosen dan diberikan wawasan oleh praktisi.

3. Mata Kuliah Pengembangan Usaha

Pada mata kuliah ini akan dibentuk kelompok-kelompok yang terdiri dari disiplin ilmu yang ada di PT, yang akan mengimplementasikan usaha berdasarkan perencanaan bisnis yang paling layak pada mata kuliah kewirausahaan dan Perencanaan Bisnis dengan pemodalan sendiri atau pihak luar. Pada tahap ini mahasiswa akan di dampingi oleh dosen, ingkubator bisnis dan praktisi.


TEKNIK MEMBACA BUKU


Sumber :  Ad Rooijakkers (1987) Cara Belajar di Perguruan Tinggi, Gramedia Pustaka Utama (GPU)

Banyak mahasiswa dan bahkan para intelektual tidak mengerti bagaimana teknik membaca sebuah buku dengan baik, menurut Ad Rooijakkers (1987) ada lima cara:

  1. membaca terarah
  2. membaca sepintas
  3. membaca mencari
  4. membaca belajar
  5. membaca kritis.

Marilah kita bahas hal-hal tersebut secara singkat:

1. Membaca Terarah

Dengan teknik ini, Anda menginginkan agar dalam waktu singkat memperoleh gambaran tentang buku itu, maka Anda dapat menentukan apakah Anda akan mem­baca buku itu secara benar atau tidak. Bila Anda mengetahui bagaimana buku itu disu­sun dan dikelompokkan, maka Anda sudah akan mendapatkan kesannya.

Anda akan mengetahui pokok-pokok ma­na yang dibahas dan bagaimana penulis memberi urutan pada pokok bahasan itu. Bagaimanakah cara Anda membaca ter­arah? Ini Anda lakukan sebagai berikut:

  1. Bacalah judul buku dan nama penga­rangnya. Dengan judul itu pengarang tentu sudah mempunyai maksud terten­tu untuk memberi bayangan tentang isinya. Usahakan bahwa Anda tahu be­nar akan judulnya.
  2. Lihatlah tahun penerbitan buku itu. Apakah buku itu masih aktual atau sudah lama.
  3. Ketahuilah, dengan maksud apa penulis mengarang buku itu. Ini biasanya terda­pat di dalam kata pengantar atau per­tanggungjawaban.
  4. Lihat daftar isi. Ini sangat penting, sebab di situ dapat diketahui bagaimana buku itu disusun. Bacalah: buku itu terdiri dari bab-bab dan paragraf-para­graf apa saja. Dengan jalan demikian maka susunan buku menjadi jelas.
  5. Balik-baliklah halaman-halaman buku itu. Bacalah di sana-sini satu dua baris. Bacalah terutama baris-baris pertama pada tiap bab. Sering Anda akan dapat menerka apa yang akan dikemukakan oleh penulis. Dengan demikian, walau­pun Anda belum mengerti apa yang tertulis, tetapi telah mengetahui menge­nai apa masalahnya. Hal ini sudahlah cukup dalam membaca terarah ini. De­ngan membaca di sana-sini beberapa kalimat, Anda mendapatkan kesan da­lam suasana bagaimana buku ini ditulis. Apakah secara teratur atau sangat umum; teoretis atau praktis. Anda me­ngetahui juga apakah di dalamnya ter­dapat daftar-daftar atau gambar-gam­bar. Pendeknya, Anda mendapat kesan tentang buku itu dan apakah Anda akan menyenanginya atau tidak.
  6. Adalah penting untuk lebih intensif membolak-balik pada bab yang ter­akhir. Kerap di situ terdapat kesimpul­an-kesimpulan. Anda akan mendapat kesan apa yang dicapai penulis dengan bukunya.

Semua ini dapat dilakukan dalam waktu 15 menit. Bila Anda mengikuti keenam langkah tersebut di atas, maka dalam waktu yang singkat Anda telah agak banyak me­ngetahui tentang suatu buku. Misalnya An­da akan tahu apakah buku itu membantu Anda dalam menyusun skripsi.

2. Membaca Sepintas

Pada membaca sepintas, yang diutama­kan adalah Anda harus mengerti pikiran pokok tiap bab dalam buku itu. Anda perlu berbuat lebih banyak daripada waktu mem­baca terarah. Pada membaca terarah Anda hanya ingin tahu apa yang dipersoalkan dalam buku itu. Sedangkan pada membaca sepintas, persoalannya terletak apakah An­da mengerti gagasan pokok apa yang sebe­narnya dalam buku itu. Maka di sini Anda harus dapat menemukan inti dari tiap ali­nea. Kerjakanlah sebagai berikut:

  • Periksalah alinea pertama pada tiap bab atau paragraf. Bacalah alinea itu secara keseluruhan, karena ini merupakan pen­dahuluan dari bab itu.
  • Bacalah alinea terakhir dari suatu bab, karena di sini terangkum kesimpulan­nya.
  • Bacalah dari alinea yang berada di te­ngah-tengah kalimat-kalimat pertama dan terakhir.
  • Perhatikan kata-kata yang digarisbawahi dan kata-kata yang dicetak dengan cara lain. Kata-kata ini memberikan petun­juk-petunjuk atau tanda-tanda yang khusus.

Dengan jalan ini Anda segera mengetahui titik-titik penting dari sebuah buku.

3. Membaca Mencari

Membaca ini adalahg diutamakan mencari nama-nama, atau angka-angka tertentu. Anda ingin menjawab suatu pertanyaan tertentu. Anda mencari jawabannya dalam buku itu. Anda memeriksa dalam buku itu di mana ada kemungkinannya. Pikiran Anda terpu­sat tentang keterangan yang ingin Anda cari. Bagaimana melakukan hal itu? Begini caranya!

  • Tentukan pada diri Anda apa yang ingin Anda cari.
  • Cobalah cari dalam bab mana jawaban Anda ini dapat ditemukan, coba teliti daftar isi buku itu.
  • Lihatlah pada halaman-halaman di mana mungkin Anda menemukan nama, ang­ka, atau jalan pikiran yang Anda cari.
  • Bilamana Anda telah menemukan yang Anda cari, bacalah teks sekelilingnya juga.

4. Membaca Belajar

Bila Anda ingin mengetahui dan meng­ingat hal-hal yang penting dan detail dari sebuah buku, maka Anda harus membaca belajar.Membaca belajar mempunyai tujuan untuk suatu permohonan dan mengingat suatu teks. Ini juga bukan berarti Anda harus hafal teks itu di luar kepala. Masalahnya ialah Anda perlu mempunyai pandangan

mengenai susunan buku itu. Barulah Anda dapat meresapi hal-hal yang baru. Dan meresapi berarti Anda mengetahui masa­lahnya benar-benar. Untuk ini Anda perlu membaca teksnya kalimat demi kalimat.

Teknik ini Anda perlukan apabila Anda membaca buku-buku wajib untuk menghadapi tentamen

Apakah yang Anda akan lakukan dalam membaca belajar?

  1. Arahkan pandangan Anda pada keselu­ruhan hal.
  2. Bacalah dengan seksama. Buatlah catat­an dan garis bawahi kata-kata tertentu (tentu kalau buku itu milik Anda sendi­ri). Bilamana Anda telah selesai memba­ca satu bab, bacalah hal itu kembali dan perhatikan khusus hal-hal pokoknya.
  3. Apabila buku itu secara demikian telah selesai Anda baca, maka bacalah buku itu sekali lagi secara sepintas (lihat juga metode Belajar Mendalam nanti).

Secara terinci akan diuraikan kembali dalam perincian sebagai berikut:

  1. Janganlah sekaligus membaca buku de­ngan cara membaca belajar. Usahakan agar Anda mendapat pandangan umum dahulu dari sebuah buku. Anda harus tahu apa yang akan Anda hadapi, sebab kalau tidak, Anda akan tidak mempu­nyai arah dan kerja Anda akan tidak teratur, karena Anda tidak mengerti apa yang Anda perlu ketahui. Mulailah de­ngan pengarahan. Lakukanlah seperti yang telah diuraikan sebelum ini.
  2. Setelah mengadakan pengarahan, Anda ketahui apa isi buku itu. Sekarang Anda pelajari buku itu bagian demi bagian. Suatu bagian dapat merupakan suatu penjelasan bagian yang lain.

Sekali lagi beberapa petunjuk untuk Anda tentang membaca belajar:

  • Anda harus menggarisbawahi bila Anda telah membaca satu alinea.
  • Jangan terlalu banyak menggarisbawahi, hal ini malahan tidak memperjelas.
  • Bilamana Anda membuat catatan, guna­kanlah kata-kata Anda sendiri.
  • Kadang-kadang memberi nomor pada sisi halaman merupakan bantuan yang baik. Bilamana penulis memberikan tiga contoh tuliskanlah, contoh 1, contoh 2, dan contoh 3. Anda membuat tanda­tanda yang segera menunjukkan pada waktu Anda membaca ulang dan sekali­gus menunjukkan susunannya.
  • Kadang-kadang berguna bagi Anda un­tuk membuat bagan mengenai susunan buku itu.
  • Apabila Anda akan membuat suatu ring­kasan mengenai suatu buku, maka untuk itu ada petunjuk-petunjuk lain. Untuk itu akan kita bahas dalam bagian lain dalam bab ini.

5. Membaca Kritis

Pada membaca kritis, Anda melangkah lebih lanjut dari keempat teknik membaca yang dibicarakan sebelumnya. Anda tidak hanya mencoba untuk dapat mengerti dan mengingat. Anda juga menilai tentang ba­han bacaan itu. Anda membaca keterangan yang Anda dapat clan membuat reaksi terha­dapnya. Anda berpikir secara kritis tentang apa yang Anda baca dan selanjutnya meni­lai, sampai sejauh mana Anda menyetujui pikiran penulisnya.

Untuk dapat membaca kritis, Anda mengerti isi buku itu terlebih dahuli mudian Anda harus menyelidiki me penulis sampai pada kesimpulannya. Selanjutnya Anda teliti apakah Anda dapat menemukan hal-hal yang tidak benar atau pemikiran yang tidak cocok. Untuk dapat baca kritis suatu buku, Anda perlu membaca buku itu sekali lagi, setelah Anda i bacanya secara teliti.


TEKNIK MENGIKUTI KULIAH DENGAN BAIK


Sumber : Ad Rooijakkers (1987) Cara Belajar di Perguruan Tinggi, Gramedia Pustaka Utama (GPU)

Marilah kita bicarakan segala sesuatu yang perlu diperhatikan bila mengikuti kuliah. Ada  beberapa petunjuk yang ba­rangkali berguna serta dapat membantu Anda. Apalagi kalau Anda mengikuti kuliah di universitas atau akademi, Anda seyogia­nyalah membiasakan diri dengan suatu cara baru dalam mengikuti pendidikan. Anda harus mencari sendiri bagaimana caranya untuk menyerap apa yang dikuliahkan oleh para dosen. Persoalannya, agar Anda tahu dan mengingatnya pada waktu tentamen. Bila Anda telah dapat membiasakan diri dengan cara belajar yang efektif, berarti Anda akan menghemat waktu belajar.

Marilah kita bicarakan beberapa persoal­an berikut:

  1. bagaimana Anda mengikuti kuliah;
  2. bagaimana Anda membuat catatan;
  3. bagaimana menyusun pertanyaan;

A. BAGAIMANA CARA MENGIKUTI KULIAH

Mengikuti suatu perkuliahan hanya akan berhasil bila Anda berminat sungguh-sung­guh ingin belajar sesuatu. Bila tidak demi­kian halnya, lebih baik Anda berada di rumah saja. Segala sesuatu yang akan saya bicarakan mengenai cara mengikuti kuliah adalah semata-mata hanya petunjuk belaka. Anda sendirilah yang menentukan apa dan bagaimana melakukannya. Semoga petun­juk ini berguna untuk menghindari segala kekecewaan yang mungkin akan menimpa Anda nanti. Banyak mahasiswa yang ter­lambat mengetahui bahwa cara kerjanya adalah keliru. Dengan membaca buku ini, saya harap Anda akan memaksa diri untuk segera memulai bekerja dengan cara yang benar-benar telah dipikir dengan baik-baik sebelumnya.

Usahakan agar Anda hadir pada waktu kuliah dimulai. Bila Anda datang terlambat, selain mengganggu dosen, Anda pun tidak mengikuti pendahuluan yang ia terangkan. Padahal dalam bagian pendahuluan, kecua­li dosen mencoba menguraikan hubungan­nya dengan kuliah yang lalu, juga menjelas­kannya lebih lanjut. Ada beberapa saat yang Anda perlukan sebelum mengetahui ten­tang masalah yang dikuliahkan. Cobalah Anda duduk pada tempat yang terbaik dalam ruangan kuliah. Usahakan agar Anda dapat melihat dengan jelas apa yang tertulis di papan tulis. Apalagi sangatlah penting untuk dapat mendengar apa yang dikatakan oleh dosen. Bila Anda duduk di tempat, di mana Anda tidak dapat mendengar, maka Anda akan mudah tergoda untuk berbicara dengan orang-orang di sekitar Anda. Aki­batnya adalah Anda sama sekali tidak dapat mengikuti perkuliahan dari dosen tersebut. Anda tidak akan mendapat gangguan, bila Anda duduk di tempat yang baik. Suatu keuntungan lain adalah bahwa Anda dapat mendengar dengan jelas pertanyaan-perta­nyaan yang diajukan. Bilamana Anda mem­perhatikan setiap pertanyaan rekan maha­siswa lain serta mendengarkan bagaimana pertanyaan dijawab, maka ini berarti Anda sudah turut juga belajar.

B. BAGAIMANA ANDA MEMBUAT CATATAN

Kebanyakan mahasiswa membuat catat­annya pada lembaran kertas yang lepas. Akibatnya, bila mereka nanti mempersiap­kan tentamen mungkin ada lembaran-lem­baran, yang hilang. Mulailah dengan buku tulis yang baik atau dengan map-tulis. Tulis­lah nama mata kuliah dari dosen tertentu. Mulailah tiap kuliah dengan menuliskan tanggal dan baru kemudian membuat catat­an. Tulislah keterangan bila Anda pernah tidak mengikuti salah satu kuliah. Anda dapat membuat catatan kuliah dengan ber­bagai jenis. Anda dapat mencoba untuk menuliskan apa yang diucapkan dosen. Bagaimana Anda mengerjakan tergantung dari keadaan. Bilamana seorang dosen memberikan diktat tentang kuliahnya, ma­ka tidak perlu Anda membuat suatu catatan yang terinci.

Usahakan untuk mendapat keterangan apakah untuk suatu kuliah ada diktatnya atau tidak. Hal demikian dapat Anda tanya­kan kepada dosen yang bersangkutan. Bila­mana seorang dosen untuk kuliahnya tidak mengeluarkan diktat, berarti Anda perlu membuat catatan yang agak terinci. Keba­nyakan mahasiswa selama kuliah asyik me­nulis. Mereka menulis apa saja yang mereka dengar. Mereka tidak berpikir tentang apa yang dijelaskan, mereka hanya menulis saja. Ini berarti mereka menunda untuk berpikir. Seorang mahasiswa yang berbuat demikian artinya hanya mau mengutip saja dan tidak memaksa diri untuk mengolah isi mata kuliah. Barulah bilamana Anda mengolah mata kuliah, Anda dapat me­ngerti masalahnya. Akan tetapi bilamana Anda menunda pengolahan mata kuliah ini, sampai dekat tentamen, maka hal ini tidak akan berhasil. Seorang mahasiswa harus berbuat lebih daripada hanya sekadar mengutip sesuatu dalam otaknya. Ia harus mengerti, sebab kalau tidak, berarti ia bu­kan mahasiswa pada sebuah universitas. Paksakan diri Anda agar sampai PADA TARAF INI, YAITU BEKERJA DENGAN PIKIRAN KITA. Bagaimana melakukan­nya?

Selama kuliah jangan hanya sekedar men­catat, akan tetapi berusahalah untuk me­ngerti apa yang dikatakan oleh dosen! Bila­mana Anda mengetahui strukturnya, yakni susunan tentang apa yang diuraikannya, maka berarti telah menempuh jalan yang benar. Anda dapat mencatat beberapa kata dari apa saja yang telah diuraikan oleh dosen. Kemudian dari beberapa kata yang Anda tulis, Anda dapat mengingat kembali hal-hal yang dbelaskan itu. Ini dapat Anda lakukan karena selama mengikuti kuliah Anda telah mencoba untuk mengetahui mengenai apa yang dikuliahkan, tetapi cara kerja ini tentu tidak selalu dapat Anda lakukan. Bila seorang dosen menjelaskan suatu pengertian mengenai suatu definisi, maka hal itu harus Anda tulis. Juga bilama­na ada bagan-bagan ditulis di papan tulis, harus dikutip seluruhnya. Bilamana dalam satu mata kuliah digunakan suatu perhi­tungan, maka ini berarti bahwa hal tersebut harus dikutip seluruhnya, akan tetapi setiap penjelasan dosen, akan dapat Anda pahami, walaupun ditulis dengan beberapa kata saja.

Gunakanlah lebih banyak waktu untuk memikirkan kata-kata dosen daripada menulisnya

Bila Anda ingin bekerja secara ideal, maka untuk satu jam mata kuliah yang telah Anda ikuti sesampainya di rumah masih diperlukan waktu lagi untuk menelaahnya. Anda harus mempelajari kembali catatan yang telah Anda buat sewaktu kuliah. Bila ini dilakukan pada hari itu juga, maka daya ingat tentang mata kuliah tadi masih segar. Anda tanpa susah payah akan dapat meng­uraikan secara panjang lebar tanpa kehi­langan garis uraian berdasarkan catatan singkat yang Anda buat. Dengan cara demi­kian Anda sudah dapat merekam kembali tiap bagian kuliah yang Anda ketahui de­ngan baik. Pada waktu Anda menghadapi tentamen maka sudahlah mudah, karena segala sesuatu mengenai mata kuliah itu telah pernah Anda resapi serta mengerti. Dengan jalan seperti ini maka belajar telah menjadi suatu hal yang sangat me­nyenangkan.

Akan tetapi … tidaklah mudah untuk tiap hari menelaah kembali tiap mata kuliah yang Anda telah ikuti. Anda harus mengeta­hui kenyataan dapat mengukur diri sendiri. Coba pilih dua atau tiga mata kuliah tiap semester yang Anda rasa agak sukar bagi Anda, tetapi merupakan mata kuliah pen­ting. Saya kira dengan cara demikian ba­nyak yang Anda peroleh. Pendek kata, jalan yang ideal adalah cara sebagai berikut:

  • Cobalah pada waktu mengikuti kuliah, mengerti sebanyak mungkin dan buatlah catatan singkat dari apa yang Anda keta­hui. Janganlah hanya duduk dan me­nulis saja, sebab dengan demikian belum merupakan jaminan bahwa Anda telah belajar.
  • Haruslah Anda tulis semua definisi, ba­gan-bagan, dan kalkulasi-kalkulasi.
  • Kerjakanlah dua atau tiga macam kuliah penting pada hari itu juga dengan mem­buka kembali catatan Anda hari itu. Usahakan untuk mengerti sebanyak mungkin. Dengan demikian Anda akan memperoleh cara yang menyenangkan dalam menghadapi setiap tentamen.

Dengan cara demikian berarti Anda juga meningkatkan kemungkinan belajar de­ngan berhasil. Anda akan lebih cepat me­nyelesaikan studi Anda, tanpa banyak mengalami ujian-ujian ulangan. Anda pun akan memiliki kesenangan belajar. Maka belajar akan menjadi pengalaman yang me­nyenangkan dalam hidup Anda.

Bagi beberapa mahasiswa, belajar bersa­ma adalah hal yang penting. Kalau Anda merasa, bahwa Anda tidak mempunyai keyakinan yang kuat untuk selalu berhasil, maka Anda perlu bekerja sama dengan mahasiswa lain. Berkumpullah setelah ku­liah untuk bersama membahas catatan-ca­tatan. Anda terpaksa untuk bekerja sung­guh-sungguh. Lagi pula ada keuntungan lain: dengan membicarakannya bersama beberapa teman, maka Anda dapat mem­perbaiki penafsiran yang salah mengenai isi kuliah. Dengan membicarakan bahan ku­liah Anda pun dapat meneliti hal-hal mana yang Anda belum mengerti dengan baik. Kalau di antara rekan Anda terdapat perbe­daan pendapat tentang apa yang dimaksud dosen mengenai mata kuliah, maka pada kesempatan yang berikut dapat ditanyakan. Dengan cara demikian Anda baru belajar dengan disertai pengertian. Persiapan nan­tinya untuk menghadapi tentamen sudah dipermudah. Semua pemikiran untuk itu telah dipersiapkan sejak sekarang.

C. BAGAIMANA CARA MENGAJUKAN PERTANYAAN

Kebanyakan mahasiswa segan untuk mengajukan pertanyaan pada waktu meng­ikuti kuliah. Hal ini dapat dimengerti. Bila­mana Anda pada waktu kuliah tidak me­ngerti sesuatu, mungkin Anda tidak sekali­gus tahu, mengapa Anda sampai tidak me­mahaminya. Mungkin Anda kurang perhati­an dan bila Anda mengajukan pertanyaan mungkin pertanyaan itu nampaknya akan menunjukkan kebodohan Anda. Anda sen­dirilah dalam ruang kuliah yang mengha­dapi masalah ini. Dalam hal ini, Anda hanya menunggu apa yang akan terjadi kemudian. Lain persoalannya bila Anda mengikuti kuliah dengan seksama. Mungkin Anda dalam membuat catatan singkat, mendapat­kan suatu hal yang Anda tidak tahu pasti. Hal ini terjadi bukan karena Anda tidak mengikuti jalannya pembukaan, tetapi ka­rena cara berpikir Anda tidak sejalan de­ngan jalan pikiran dosen, walaupun Anda memang berusaha untuk sedapat mungkin memahaminya. Pertanyaan yang Anda aju­kan harus berbentuk pertanyaan yang baik. Pertanyaan inilah yang Anda ajukan kepada dosen. Mungkin pula beberapa mahasiswa juga akan mengajukan pertanyaan yang sama. Akan menguntungkan banyak pihak bila Anda mau mendesak dosen untuk memberi penjelasan tambahan yang lebih gamblang. Bilamana Anda mengajukan per­tanyaan pada saat yang tepat, tentu tidak akan ada seorang dosen pun yang merasa dirinya terganggu oleh pertanyaan Anda. Janganlah Anda bertanya pada waktu di­adakan suatu penjelasan, tetapi tunggulah pada saat yang baik. Kebanyakan dosen akan memberi kesempatan kepada para mahasiswa untuk bertanya. Inilah suatu kesempatan yang sangat baik. Walaupun dosen tidak memberi kesempatan untuk bertanya, tetapi ada saat-saat tertentu yang tanpa mengganggu jalan kuliah, Anda toh dapat mengajukan pertanyaan.

Dengarkanlah jawabannya dengan seksa­ma dan teliti apakah masalahnya menjadi jelas bagi Anda. Jika tidak demikian halnya, lanjutkan dengan pertanyaan lain sampai segala sesuatunya jelas benar. Buatlah ca­tatan singkat tentang pertanyaan Anda, demikian juga tentang jawaban yang diberi­kan oleh dosen. Jangan lupa bahwa Anda juga dapat banyak belajar dari pertanyaan yang diajukan oleh rekan Anda. Bilamana tidak, berarti penting juga untuk mende­ngarkan jawaban pertanyaan itu.

Bilamana Anda mengajukan pertanyaan dengan sopan clan hormat serta dengan cara yang baik, maka pertanyaan dapat saja diajukan dalam waktu kuliah sedang ber­jalan. Akan tetapi beberapa orang dosen tidak senang kuliahnya diganggu dengan pertanyaan-pertanyaan clan hal ini segera akan Anda ketahui. Barangkali pada dosen­dosen semacam ini pertanyaan seyogianya diajukan setelah kuliah selesai. Setelah ku­liah selesai Anda mendatanginya untuk mengajukan pertanyaan Anda. Janganlah Anda lupa membuat catatan. Mungkin ada baiknya mengajukan pertanyaan itu secara tertulis. Dengan cara ini Anda sebagai pena­nya tidak diketahui oleh teman-teman lain. Dengan pertanyaan tertulis demikian, ber­arti Anda memberikan kesempatan pada dosen agar pada kesempatan berikutnya dapat memberikan jawaban, yang mungkin diperlukan oleh orang-orang yang memiliki pertanyaan yang serupa. Janganlah lupa bahwa suatu pertanyaan yang baik, tentu berguna pula bagi semuanya.

Apabila bahan kuliah itu sangat sukar, cobalah bersama dengan beberapa teman untuk meneliti persoalan mana yang sukar. Dengan jalan demikian, Anda akan dapat menyusun pertanyaan-pertanyaan baik li­san maupun tulisan dan mengajukannya kepada dosen. Kebanyakan mahasiswa ti­dak sampai punya pikiran untuk, setelah kuliah selesai, melakukan hal tersebut. Ten­tu saja hal ini tidak selalu dapat dilakukan. Karena masih banyak hal yang harus diker­jakan dan Anda perlu juga istirahat. Akan tetapi bilamana Anda dengan suatu usaha dapat lebih mudah menghadapi tentamen Anda dengan berhasil, maka usaha itu kira­nya tidak sia-sia. Hal itu pasti bermanfaat sekali.

Sekian dulu uraian mengenai bagaimana mengikuti kuliah. Bila materi itu disingkat akan terdiri dari beberapa pokok persoalan yang meliputi masalah-masalah sebagai berikut:

  1. Bila Anda mengikuti kuliah, usahakan duduk di tempat yang baik, sehingga Anda dapat melihat dan mendengar secara baik.
  2. Buatlah catatan dengan tulisan yang jelas dan tidak pada lembaran kertas yang lepas, yang mudah hilang.
  3. Janganlah menulis semuanya, tapi pi­kirkanlah mengenai hal apa yang diper­masalahkan oleh dosen. Tuangkan pe­ngetahuan Anda pada catatan singkat.
  4. Kerjakanlah dua atau tiga mata kuliah penting, segera setelah kuliah selesai. Dengan demikian Anda memeriksa diri dan mempermudah persiapan tentamen Anda kemudian.
  5. Bila mata kuliahnya terasa sulit, adakan diskusi dengan kelompok kecil antara beberapa teman mahasiswa.
  6. Ajukan pertanyaan dalam waktu kuliah, tetapi lakukan hal itu pada saat-saat yang tidak mengganggu.
  7. Janganlah mengajukan pertanyaan yang disebabkan Anda tidak memper­hatikan kuliah dengan baik, sehingga tidak mengetahui persoalannya.
  8. Ajukan pertanyaan Anda selama atau sesudah kuliah. Anda juga dapat meng­ajukan pertanyaan tertulis.
  9. Selesaikan tugas yang dibebankan kepada Anda sendiri mungkin setelah di­berikan. Ini akan sangat membantu An­da dalam menghadapi tentamen nan­tinya.
  10. Usahakan mendapat tugas yang opera­sional, dari seorang asisten. Haruslah jelas benar apa yang Anda mesti laku­kan; dengan sarana apa Anda boleh melaksanakannya dan bilamana peker­jaan harus selesai.
  11. Usahakan agar semua perjanjian Anda tepati. Datanglah selalu tepat pada wak­tunya.

 


SISTEM PENDIDIKAN DAN KURIKULUM


Satuan Kredit Semester

Satuan Kredit Semester adalah satuan yang digunakan untuk menyatakan:

  • besarnya beban studi mahasiswa,
  • besarnya pengakuan atas keberhasilan kumulatif bagi suatu program tertentu,
  • besarnya usaha untuk menyelenggarakan pendidikan bagi perguruan tinggi, serta besarnya usaha untuk menyelenggarakan pendidikan bagi tenaga-tenaga pengajar.

Tujuan penerapan sistem SKS di Perguruan Tinggi

Tujuan Sistem SKS adalah :

  1. Memberikan kesempatan kepada para mahasiswa yang cakap dan giat belajar untuk dapat menyelesaikan studi dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
  2. Untuk memberikan kesempatan kepada para mahasiswa agar dapat mengambil mata kuliah yang sesuai dengan minat, bakat dan kemampuannya.
  3. Untuk memberikan kemungkinan agar sistem pendidikan dengan input dan output jamak dapat dilaksanakan.
  4. Untuk mempermudah penyesuaian kurikulum dari waktu ke waktu dengan perubahan permintaan stakeholder dan perkembangan ilmu dan teknologi.
  5. Untuk memberikan kemungkinan agar sistem evaluasi kemajuan belajar mahasiswa dapat diselenggarakan dengan sebaik-baiknya.
  6. Untuk memungkinkan transfer (pengalihan) kredit antar jurusan, antar bagian, atau antar fakultas dalam suatu Perguruan Tinggi.
  7. Untuk memungkinkan perpindahan mahasiswa dari Perguruan Tinggi yang satu ke Perguruan Tinggi yang lain.

Untuk perkuliahan, nilai satu kredit semester ditentukan berdasarkan atas beban kegiatan yang meliputi tiga macam kegiatan per minggu yaitu:

  • 50 menit acara ’”atap muka” terjadwal dengan tenaga pengajar, misalnya dalam bentuk kuliah.
  • 60 menit acara ”Kegiatan akademik terstruktur”, yaitu kegiatan studi yang tidak terjadwal, tetapi direncanakan oleh tenaga pengajar, misalnya dalam bentuk membuat pekerjaan rumah, tugas atau mengerjakan soal-soal.
  • 60 menit acara ”kegiatan akademik mandiri”, yaitu kegiatan yang harus dilakukan mahasiswa secara mandiri untuk mendalami, mempersiapkan ujian, misalnya dalam bentuk belajar.

Kurikulum

Kurikulum adalah seperangkat pengalaman belajar berupa materi ajaran (mata kuliah) yang tersedia bagi pencapaian program studi jenjang tertentu.

PUSTAKA: Ad Rooijakkers (1987) Cara Belajar di Perguruan Tinggi, Gramedia Pustaka Utama (GPU)


PROSES PEMBELAJARAN dan STUDENT CENTRED LEARNING (SCL)


PROSES PEMBELAJARAN dan STUDENT CENTRE LEARNING (SCL)

Model pembelajaran yang selama ini dilakukan yaitu model pembelajaran konvensional (faculty teaching) atau yang dikenal dengan Teacher Centre Learning (TCL) seperti model kuliah mimbar, kental dengan suasana instruksional dan dirasa kurang sesuai dengan dinamika perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat. Lebih dari itu kewajiban pendidikan dituntut untuk juga memasukkan nilai-nilai moral, budi pekerti luhur, kreatifitas, kemandirian dan kepemimpinan, yang sangat sulit dilakukan dalam sistim pembelajaran yang konvensional, dimana kompetensi soft skill tersebut sangat membantu lulusan untuk berhasil dalam dunia kerja. Sistim pembelajaran konvensional kurang flexsibel dalam mengakomodasi perkembangan materi perkuliahan karena dosen harus intensif menyesuaikan materi dengan perkembangan teknologi terbaru. Kurang bijaksana jika perkembangan teknologi jauh lebih cepat dibanding dengan kemampuan dosen dalam menyesuaikan materi perkuliahan dengan perkembangan tersebut, karena dapat dipastikan lulusan akan memiliki kompetensi yang kurang (penguasaan pengetahuan /teknologi terbaru). Sehingga dengan latar belakang tersebut maka pola pembelajaran konvensional atau paradigma Faculty teaching ke Student-Centered Learning (SCL) sangat tepat untuk di implementasikan pada proses pembelajaran.

PROSES PEMBELAJARAN

Komponen  pembelajaran meliputi input,  proses,  output,  outcome,  dan  impact. Input terdiri dari mahasiswa (dengan berbagai atribut yang melekat padanya), kurikulum, dan fasilitas (dosen, gedung, laboratorium, perpustakaan, dana). Proses pembelajaran melibatkan mahasiswa, dosen, staf pendukung, kurikulum, fasilitas, dan peluang. Output dapat diukur dari IPK, proporsi lulusan, lama studi, dan waktu tunggu untuk memperoleh pekerjaan. Outcome dicirikan oleh kriteria kompetensi lulusan yang harus dikuasai dan dilaksanakan olehnya; kriteria ini melekat pada tujuan pembelajaran dari masing-masing program studi. Impact dapat diukur, dilihat, atau digali dari komunitas, stake holders, maupun  alumni,  beberapa waktu  setelah  lulusan  bekerja. Walaupun sulit  diukur, dari output, outcome, dan impact dapat diambil manfaatnya untuk perbaikan mutu mahasiswa baru, kurikulum, fasilitas, serta proses pembelajaran itu sendiri.

Proses pembelajaran harus mengacu pada tujuan pendidikan; sementara itu implementasi inovasi pendidikan harus mempertimbangkan tantangan (bukan hambatan) yang selalu muncul sebagai akibat dari upaya pencapaian tujuan pendidikan. Menurut Tiffin dan Rajasingham, tujuan pendidikan adalah  “ ….providing assistance to learners that enables them to achieve levels of development (and efficiency) that they would not be able to achieve by themselves”, dan tantangan pendidikan adalah “ …creating effective learning  environment  and  resources”. Sementara itu, pendidikan mempunyai tujuan sosial, bukan semata-mata  pencapaian pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan tertentu yang bersifat individual.

SPICES

Strategi inovasi pendidikan secara integral meliputi pendekatan student-centered learning, problem-based, integrated curriculum, community oriented, elective program, dan systematic (SPICES). Dari 6 elemen tadi maka   student-centered learning, integrated curriculum,  dan  elective program  merupakan elemen-elemen yang sangat penting dan pelaksanaannya  memerlukan  sumbangsih dan keterlibatan  dari semua pihak  yang   terkait  di dalam proses pendidikan.

STUDENT CENTRED LEARNING (SCL)

Student-centered learning (SCL) is where students work in both groups and individually  to  explore  problems  and become active knowledge workers rather than passive knowledge  recipients. Harmon SW (1996)

Student-centred learning describes ways of thinking about learning and teaching that emphasise student responsibility for such activities as planning learning, interacting with teachers and other students, researching, and assessing learning. Cannon, (2000)

SCL merupakan strategi pembelajaran yang menempatkan  mahasiswa sebagai peserta didik (subyek) aktif dan mandiri, dengan kondisi psikologik sebagai adult  learner, bertanggung  jawab  sepenuhnya  atas  pembelajarannya, serta mampu belajar beyond the classroom. Kelak, para alumni diharapkan memiliki dan menghayati karakteristik life-long  learning yang menguasai hard skills, soft skills, dan life-skills yang saling mendukung. Di sisi lain, para dosen beralih fungsi, dari pengajar menjadi mitra pembelajaran maupun sebagai fasilitator  (from mentor  in  the center  to guide on the side).

Materi dan model   penyampaian pembelajaran dalam SCL secara lengkap meliputi 3  aspek, yaitu (a) isi ilmu pengetahuan (IPTEK),  (b) sikap  mental dan etika yang dikembangkan,  dan  (c) nilai-nilai yang diinternalisasikan  kepada para mahasiswa. Di dalam proses SCL terdapat hubungan “tarik-menarik” antara learner support dan learner control.

Taksonomi intelligent tutoring systems meliputi hubungan fungsional dosen terhadap mahasiswa (tutor, penasihat, kritik, memberi bantuan, konsultan, agen) dan aktivitas dosen (mengajar, membimbing, memberi visualisasi, menjelaskan, memberi kritik, beradu pendapat, dan bahkan “menghambat ”). Memperhatikan taksonomi tadi maka dosen yang terlibat di dalam proses pembelajaran yang berorientasi SCL perlu memiliki kompetensi yang sesuai dengan proses yang sedang berjalan. Di lain pihak, penanggung jawab institusi terdepan perlu memperhatikan seluruh aspek yang terkait dan terlibat dalam proses pembelajaran (lihat gambar) agar seluruh kebijakan (policy) didasarkan untuk menjamin  terselenggaranya proses pembelajaran secara kondusif, efisien, dan efektif. Didalam proses SCL bukan hanya kompetensi dosen yang harus meningkat, tetapi perubahan paradigma dan mindset adalah merupakan hal utama. Berkaitan dengan perubahan mindset, Jordan & Spencer menyatakan bahwa  “… student-centered learning demands that not only that teachers are experts in their fields but also – and more importantly -that they understand how people learn”. Lebih jauh Harmon dan Hirumi menegaskan bahwa “ …because of new emerging technologies such as networking and rapid access to vast stores of knowledge, the students can become active seekers rather than passive

recipients to knowledge”.

Gambaran lain tentang perbedaan antara traditional teaching (Teaching Centre Learning) dan Student-Centered Learning adalah sebagai berikut :

No TRADITIONAL TEACHING (Teaching Centre Learning) NEW LEARNING (Student Centre Learning)
1 Transformasi pengetahuan dari dosen ke Mahasiswa. Mahasiswa aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari.
2 Mahasiswa menerima pengetahuan secara pasif. Mahasiswa secara aktif terlibat dalam mengelola pengetahuan.
3 Lebih menekankan pada penguasaan materi. Tidaj terfokus hanya pada penguasaan materi, tetapi juga mengembangkan sikap belajar (life long learning)
4 Single Media. Multimedia.
5 Fungsi dosen pemberi informasi utama dan evaluator. Fungsi dosen sebagai motivator, fasilitator dan evaluator.
6 Proses pembelajaran dan penilaian dilakukan terpisah. Proses pembelajaran dan penilaian dilakukan berkesinambungan dan terintegrasi.
7 Menekankan pada jawaban yang benar saja. Penekanan pada proses pengembangan pengetahuan. Kesalahan dapat digunakan sebagai sumber belajar.
8 Sesuai dengan pengembangan ilmu dalam satu disiplin saja. Sesuai dengan pengembangan ilmu dengan pendekatan interdisipliner.
9 Iklim belajar individual dan kompetitif. Iklim yang dikembangkan bersifat kolaboratif, suportif dan kooperatif.
10 Hanya mahasiswa yang dianggap melakukan proses pembelajaran. Mahasiswa dan dosen belajar bersama dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan.
11 Perkuliahan merupakan bagian terbesar dalam proses pembelajaran. Mahasiswa melakukan pembelajaran dengan berbagai model pembelajaran SCL.
12 Penekanan pada tuntasnya materi pembelajaran. Penekanan pada pencapaian kompetensi mahasiswa
13 Penekanan pada bagaimana cara dosen melakukan pengajaran. Penekanan pada bagaimana cara mahasiswa melakukan pembelajaran.
14 Cenderung penekanan pada penguasaan Hard-Skill Mahasiswa Penekanan pada pengusaan Hard Skill dan Soft Skill.

 

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN DALAM SCL

Student-Centered Learning memiliki potensi untuk mendorong mahasiswa belajar lebih aktif, mandiri, sesuai dengan irama belajarnya masing-masing, sesuai dengan perkembangan usia peserta didik, irama belajar mahasiswa tersebut perlu dipandu agar terus dinamis dan mempunyai tingkat kompetensi yang tinggi. Beberapa model pembelajaran SCL adalah sebagai berikut:

Small Group Discussion (SGD)

Metode diskusi merupakan model pembelajaran yang melibatkan antara kelompok mahasiswa dan kelompok mahasiswa atau kelompok mahasiswa dan pengajar untuk menganalisa, menggali atau memperdebatkan topik atau permasalahan tertentu.

Dengan metode ini pengajar harus, (1) membuat rancangan bahan diskusi dan aturan diskusi. (2) Menjadi moderator dan sekaligus mengulas pada setiap akhir sesi diskusi. Sedangkan mahasiswa (1) membentuk kelompok (5 -10) mahasiswa, (2) memilih bahan diskusi, (3) mempresentasikan paper dan mendiskusikannya di kelas.

Role-Play and Simulation

Metode ini berbentuk interaksi antara dua atau lebih mahasiswa tentang suatu topik atau kegiatan dengan menampilkan simbol-simbol atau peralatan yang menggantikan proses, kejadian, atau sistem yang sebenarnya. Jadi dengan model ini mahasiswa mempelajari sesuatu (sistem) dengan menggunakan model.

Dengan metode ini pengajar harus, (1) merancang situasi atau kegiatan yang mirip dengan sesungguhnya, bisa berupa; bermain peran, model, dan komputer, (2) Membahas kinerja mahasiswa. Sedangkan mahasiswa (1) mempelajari dan menjalankan suatu peran yang ditugaskan, (2) memperaktekan atau mencoba berbagai model yang telah disiapkan (komputer, prototife, dll).

Discovery Learning

Metode ini berbentuk pemberian tugas belajar atau penelitian kepada mahasiswa dengan tujuan supaya mahasiswa dapat mencari sendiri jawabannya tampa bantuan pengajar.

Dengan metode ini pengajar harus, (1) menyediakan data atau metode untuk menelusuri pengetahuan yang akan dipelajari mahasiswa, (2) memeriksa dan memberikan ulasan terhadap hasil belajar mahasiswa. Sedangkan mahasiswa (1) mencari, mengumpulkan, dan menyusun informasi yang ada untuk mendeskripsikan suatu pengetahuan yang baru, (2) Mempresentasikan secara verbal dan non verbal.

Self-Directed Learning

Metode ini berbentuk pemberian tugas belajar kepada mahasiswa, seperti tugas membaca dan membuat ringkasan.

Dengan metode ini pengajar harus, (1) memotivasi dan memfasilitasi mahasiswa, (2) memberikan arahan, bimbingan dan umpan balik kemajuan belajar mahasiswa. Sedangkan mahasiswa (1) merencanakan kegiatan belajar, melaksanakan, dan menilai pengalaman belajar sendiri, (2) inisiatif belajar dari mahasiswa sendiri.

Cooperative Learning

Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan otrang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembegian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif, mahasiswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih beinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.

Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksu konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, mahasiswa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.

Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan.

Dengan metode ini pengajar harus, (1) merancang dan memonitor proses belajar mahasiswa, (2) menyiapkan kasus atau masalah untuk diselesaikan mahasiswa secara berkelompok. Sedangkan mahasiswa (1) membahas dan menyimpulkan masalah atau tugas yang diberikan secara berkelompok (2) melakukan koordinasi dalam kelompok.

Contextual Learning (CL)

Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan mahasiswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajikan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran mahasiswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif – nyaman dan menyenangkan. Prinsip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas mahasiswa, mahasiswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.

Ada tujuh indokator pembelajarn kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi), learning community (seluruh mahasiswa partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan), inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan), constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis), reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut), authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha mahasiswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya dari berbagai aspek dengan berbagai cara).

Dengan metode ini pengajar harus, (1) menyusun tugas untuk studi mahasiswa terjun di lapangan, (2) menjelaskan bahan kajian yang bersifat teori dan mengkaitkan dengan situasi nyata atau kerja profesional. Sedangkan mahasiswa (1) Melakukan studi lapapangan atau terjun di dunia nyata untuk mempelajari kesesuaian teori (2) membahas konsep atau teori yang berkaitan dengan situasi nyata.

Problem Based Learning (PBL)

Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual mahasiswa, untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar mahasiswa dapat berpikir optimal.

Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi, dan inkuiri.

Dengan metode ini pengajar harus, (1) Merangsang tugas belajar dengan berbagai alternatif metode penyelesaian masalah (2) Sebagai fasilitator dan motivator. Sedangkan mahasiswa (1) Belajar dengan menggali atau mencari informasi (inquiry), serta memamfaatkan informasi tersebut untuk memecahkan masalah faktual yang sedang dihadapi, (2) Menganalisis strategi pemecahan masalah.

Collaborative Learning (CbL)

Metode ini memungkinkan mahasiswa untuk mencari dan menemukan jawaban sebanyak mungkin, saling berinteraksi untuk menggali semua kemungkinan yang ada.

Dengan metode ini pengajar harus, (1) Merancang tugas yang bersifat open ended, (2) Sebagai fasilitator dan motivator. Sedangkan mahasiswa (1) Membuat rancangan proses dan bentuk penilaian berdasarkan konsensus kelompok sendiri (2) Bekerja sama dengan anggota kelompoknya dalam mengerjakan tugas.

Project Based Learning (PjBL)

Metode pembelajaran ini adalah memberikan tugas-tugas project yang harus diselesaikan oleh mahasiswa dengan mencari sumber pustaka sendiri.

Dengan metode ini pengajar harus, (1) merumuskan tugas dan melakukan proses pembimbingan dan asesmen, (2) Sebagai fasilitator dan motivator. Sedangkan mahasiswa (1) Mengerjakan tugas (berupa proyek) yang telah dirancang secara sistematis (2) menun-jukkan kinerja dan mempertanggungjawabkan hasil kerja di forum.

Daftar Pustaka

  1. Atwi Suparman (1997). Desain Instruksional. Pusat Antar Universitas., DIKTI
  2. Ary Ginanjar Agustian (2002). Emotional Spritual Quotient (ESQ). Jakarta: Arga.
  3. Buku Kerja, (2000), Ancangan Aplikasi Peningkatan Proses Belajar Mengajar, APTIK
  4. Burton, L (1993). The Constructivist Classroom Education in Profile. Perth: Edith Cowan University.
  5. Buzan, Tony (1989). Use Both Sides of Yoru Brain, 3rd ed. New York: Penguin Books.
  6. Cord (2001). What is Contextual Learning. WWI Publishing Texas: Waco.
  7. De Porter, Bobbi (1992). Quantum Learning. New York: Dell Publishing.
  8. Ditdik SLTP (2002). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning, CTL). Jakarta.:Depdiknas.
  9. Erman, S.Ar., dkk. (2002). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-FPMIPA.
  10. Fischer G , Palen L. Learner-centered design: beyond “gift -wrapping”. Center forLifelong Learning & DesignUniversity of Colorado at Boulder 1999.
  11. Siswomihardjo  KW.  Kearifan  Guru  Besar  dalam  perspektif  normatif  dan aktualitasnya.  Focus  Group  Discussion:  Kearifan  Guru  besar,  Keteladanan / Budaya Panutan; Universitas Gadjah M ada, 29 Oktober 2004.
  12. Cook  J,  Cook  L.  How  technology  enhances  the quality  of  student -centered learning. Quality Progress 1998;31(7):59-63.
  13. Gardner, Howard (1985). Frame of Mind: The Theory of Multiple Ilntelligences. New York: Basic Bools.
  14. Goleman, Daniel (1995). Emotional Intelligence. New York: Bantam Books.
  15. Harsono, (2004),  Kearifan dalam transformasi pembelajaran: dari teacher-centered ke student-centered learning, Makalah Seminar Implementasi nilai kearifan  dalam  proses pembelajaran berorientasi student-centered learning UGM.
  16. Materi Pelatihan Kurikulum Berbasis Kompetensi, (2008), Model Pembelajaran, DIKTI.

KULIAH MIMBAR


Pada umumnya perkuliahan di Perguruan Tinggi masih dilaksanakan secara klasikal, dengan mimbar atau metode ceramah. Kuliah mimbar atau metode ceramah murni adalah bentuk perkuliahan yang dilakukan untuk sejumlah mahasiswa dalam satu kelas, di mana dosen mengalihkan atau menjelaskan informasi secara lisan, dan mahasiswa mendengarkan sambil membuat catatan.

Dalam praktek, jarang suatu metoded dilaksanakan secara murni, sering suatu metoded digabungkan dengan metode lain. Suatu perkuliahan masih tetap disebut menggunakan metode kuliah mimbar, apabila kegiatan masih didominasi oleh penjelasan dosen. Dalam hal tertentu kuliah mimbar memang efektif dan efisien dan memiliki kelebihan, tetapi harus diingat bahwa cara tersebut juga memiliki kelemahan dan keterbatasan.

Tulisan ini akan membahas tentang :

  1. Kelebihan dan kekurangan kuliah mimbar
  2. Variasi kuliah mimbar
  3. Keterampilan-keterampilan pendukung

I.  KELEBIHAN DAN KEKURANGAN KULIAH MIMBAR

Berdasarkan penelitiannya, Bligh (1972) menyatakan bahwa perkuliahan yang dilaksanakan secara missal (klasikal)  sangat efektif untuk menyampaikan informasi atau fakta-fakta. Dengan sekali penjelasan, informasi dapat sampai pada sejumlah besar pendengar, dalam waktu singkat, banyak informasi dapat disampaikan.

Akan tetapi, perkuliahan tidak hanya berupa penyampaian informasi perkuliahan harus dapat merangsang mahasiswa untuk berfikir kritis, merangsang proses berfikir, mengubah dan atau mengembangkan pandangan. Membangkitkan dan menjaga motivasi. Dalam hal ini, kuliah mimbar kurang memberi peluang untuk berkembangnya hal-hal tersebut secara optimal karena dosen aktif mendominasi kegiatan, dan mahasiswa pasif. Pengajaran lebih merupakan pemindahan pengetahuan (transfer of knowledge) dari dosen kepada mahasiswa secara informative – verbalistik.

Seperti sudah dijelaskan diatas, dalam kuliah mimbar mahasiswa mendengarkan dan mencatat. Mendengarkan dan mencatat bagi sebagian orang mudah tetapi bagi sebagian yang lain mungkin sukar, untuk memperkecil kesulitan, ada dosen yang menggunakan waktu khusus untuk mendiktekan informasi yang harus dicatat mahasiswa.

Kuliah mimbar memiliki masalah yang berkaitan dengan kemampuan siswa untuk mengingat. Menurut hasil penelitiannya, McLeish (1968) menyatakan bahwa setelah mengikuti kuliah mimbar mahasiswa hanya mampu mengingat 40% dari informasi penting yang diperolehnya. Hal tersebut tentu kurang menguntungkan. Kecuali itu kuliah mimbar juga mempunyai masalah berkaitan dengan daya tahan mahasiswa untuk memusatkan perhatian. Dalam kuliah mimbar perhatian cepat menurun. Apabila dedngan usaha tertentu perhatian berhasil ditumbuhkan, maka perhatian tidak akan naik setinggi semula, dan akan turun lebih cepat lagi.

Sering dalam perkuliahan mimbar terjadi komunikasi satu arah. Yang aktif dosen, sedangkan mahasisawa pada umumnya pasif. Perhatian mahasiswa lambat laun berkurang. Tindakan-tindakan yang dapat diambil berkaitan deengan menurunnya perhatian adalah sebagai berikut:

  1. Dicegah uraian atau penjelasan yang tidak terstruktur, misalnya dengan jalan membagi kuliah dalam beberapa bagian yang strukturnya jelas : pendahuluan, bagian pokok, dan penutup. Dengan demikian mahasiswa dapat terlibat secara mental mengikuti pola berfikir dosen.
  2. Mengusahakan adanya selingan atau variasi, misalnya memberi informasi secara visual, melakukan deemonstrasi hasil penelitian menunjukan bahwa apabila suatu uraian telah berlangsung selama 20 menit, kemudian diberi selingan perhatian mahasiswa akan naik cukup besar.
  3. Menurunnya perhatian mungkin karena kejenuhan dan kelelahan. Mahasiswa perlu diberi istirahat.

Pelaksanaan kuliah mimbar mungkin sudah menjadi kebiasaan dan rutinitas, sehingga tanpa dipikirkan: apakah sesuai dengan tujuan yang akan dicapai atau tidakkah lebih sesuai menggunakan metode yang lain ? kuliah mimbar dipilih mungkin karena alas an-alasan ini sering membuat dosen tidak memiliki keleluasaan memilih metoded perkuliahan yang lain. Dengan kata lain dosen terpaksa memilih kuliah mimbar. Kuliah mimbar mungkin menguntungkan dan memudahkan dosen, tetapi tidak menguntungkan bagi semua mahasiswa, apabila dikaitkan dengan tujuan yang harus dicapai dan proses belajar yang diharapkan.

Kriteria terpenting untuk memilih bentuk pengajaran adalah fungsionalitasnya, artinya bentuk pengajaran yang dipilih harus mampu memenuhi fungsi-fungsi pengajaran tertentu, atau dengan kata lain yang dapat menggairahkan proses belajar tertentu, criteria lain, meskipun bukan yang terpenting adalah biaya, sumber daya manusia yang tersedia, ketersediaan ruang, dan jumlah mahasiswa. Perlu disadari bahwa tidak ada satu pun bentuk pembelajaran yang bersifat optimal untuk memenuhi semua fungsi pengajaran. Oleh karena itu  sangat berguna mengombinasikan bentuk pembelajaran yang satu dengan bentuk lainnya.

Perlu disadari bahwa kuliah mimbar sebagai satu-satunya sumber informasi mempunyai keterbatasan dan bahkan kurang berdaya guna dibandingkan informasi tertulis, sebenarnya kuliah mimbar dapat digunakan untuk memotivasi mahasiswa agar bergairah belajar secara mandiri. Memberi kemungkinan memperkenalkan perkembangan-perkembangan terakhir yang belum termuat dalam bahan tertulis, mengutarakan pandangan dosen sendiri, memberikan gambaran mengenai keterangan latar belakang yang lebih banyak dan lebih rinci dari yang ada dalam bahan tertulis, mengitkan teori dan praktek, dan memberi penjelasan tentang kaitan-kaitan beberapa informasi tertentu.

Agar kuliah mimbar dapat mendorong dan mengarahkan mahasiswa mempelajari bahan tertulis secara mandiri, informasi yang disampaikan harus disusun dalam bentuk yang memiliki struktur yang jelas. Dosen memberi pengantar pada pokok yang akan dibahas, menguraikan garis-garis besarnya. Menunjukan secara garis besar keterkaitan antara informasi yang satu dengan yang lainnya, menghubungkan informasi-informasi yang berasal dari berbagai sumber, memberi contoh penyelesaian suatu masalah.

“ Jadi yang diuraikan dalam kuliah mimbar adalah gaaris-garis besar dan permasalahan-permasalahan dalam bahan kuliah. Oleh karena itu, kuliah mimbar harus dilengkapi dengan bahan tertulis”.

II. VARIASI KULIAH MIMBAR 

Dengan menyebutkan sejumlah kelemahan atau kekurangan diatas tidak dimaksudkan untuk menghilangkan kuliah mimbar, tetapi justru untuk mencari cara mengoptimalkan efektivitasnya, apabila karena alas an-alasan tertentu kuliah mimbar tetap digunakan. Sebagai langkah awal dari usaha optimalisasi ini perlu dilakukan pergeseran paradigma, yaitu dari kegiatan perkuliahan sebagai proses pengajaran menjadi proses pembelajaran.

Pengajaran  dibedakan dari pembelajaran dari sudut siapa yang aktif, siapa pelaku utama dan siapa yang mendominasi kegiatan. Pada pengajaran tekanannya pada dosen mengajar kegiatan pengajaran didominasi oleh dosen dalam menyampaikan informasi atau menjelaskan sesuatu, sedangkan dalam pembelajaran tekanannya pada mahasiswa belajar, yang berupa keterlibatan secara aktif baik secara fisik atau pun mental dalam proses. Kegiatan pembelajaran didominasi oleh mahasiswadalam melakukan serangkaian kegiatan belajar. Mahasiswa merupakan pelaku utama, dosen berfungsi sebagai pencipta situasi, penyedia fasilitas, pencipta peluang, perancang kegiatan, sedemikian mahasiswa aktif melakukan kegiatan belajar. Sering dikatakan bahwa dosen berfungsi sebagai fasilitator.

Ada tiga hal yang harus diperhatikan untuk mengoptimalkan efektivitas kuliah mimbar sebagai suatu bentuk perkuliahan yang berisi proses pembelajaran.

  • Persiapan
  • Pelaksanaan
  • Umpan balik

PERSIAPAN

Persiapan merupakan bagian penting dari proses pembelajaran. Deengan persiapan yang baik pun, kegagalan masih dapat terjadi apalagi tanpa persiapan –persiapan yang baik merupakan awal dari kelancaran dan keberhasilan proses pembelajaran. Dua hal pokok yang mutlak  harus dipersiapkan adalah matri perkuliahan dan kegiatan perkuliahan.

Pesiapan materi berkaitan dengan (1) penguasaan materi, (2) urutan penyampaian, (3) pengetahuan dan kemampuan prasyarat. Penguasaan materi merupakan salah satu factor penentu kelancaran dan keberhasilan kuliah mimbar. Kecuali itu dengan penguasaan materi yang baik akan menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan diri sehingga dosen tidak akan merasa canggung berdiri dan berbicara didedpan mahasiswa. Urutan penyampaina materi mengacu pada urutan logis materi, yaitu hubungan antara materi prasyarat dan yang diprasyarati. Kesalahan urutan dapat menyebabkan proses tidak lancer dan mahasiswa kesulitan untuk mengikutinya kecuali itu, perlu dipilah mana materi pokok (materi utama, penting), mana yang kurang penting, sehingga dapat menentukan distribusi waktu dengan tepat.

Kegiatan perkuliahan dapat dibagi atas tiga tahap; (1) pendahuluan, (2) pembahasana utama dan (3) penutup. Setiap bagian perlu dipersiapkan sehingga jelas apa saja yang akan dilakukan, bagaimana langkah-langkahnya, baik dalam pendahuluan, pembahasan utama maupun penutup pasti akan lebih baik dan lebih lancar apabila segalanya telah dipersiapkan dari pada masih mencari cari apa yang akan dilakukan. Tentu harus disadari pula bahwa persiapan bukan barang mati yang tidak boleh diubah. Modifikasi dan variasi sesuai situasi nyata yang dihadapinya juga diperlukan.

Kegiatan PENDAHULUAN adalah kegiatan mempersiapkan suasana, situasi, mental mahasiswa agar siap memasuki proses pembelajaran. Tahap ini misalnya diisi deengan menginformasikan tujuan, menjelaskan pentingnya materi yang dipelajari, mengajukan masalah, serta menunjukan untuk apa, kapan, dan dimana bahan yang dipelajari akan digunakan. Tahap pendahuluan juga dapat diisi upaya untuk membangkitkan motovasi, menegcek dan memenuhi prasyarat, mengaitkan materi pokok dedengan materi pada kuliah sebelumnya dan menginformasikan kerangka berfikir atau pola kegiatan yang akan dilaksanakan.

PEMBAHASAN UTAMA, adalah penyampaian atau penjelasan materi utnuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk tahap ini perlu dipersiapkan pertanyaan-pertanyaa pokok yang akan diajukan kepada mahasiswa, dan memperkirakan pertanyaan yang mungkin mungkin muncul (berdasarkan pengalaman sebelumnya) dari mahasiswa sehingga dapat disiapkan jawabannya. Perlu juga dilakukan pemilihan dan persiapan media yang akan dipakai dalam melaksanakan pembelajaran. Apabila digunakan OHP, bagian penting mana yang harus ditransparansikan. Apabila diperlukan gambar-gambar atau bagan-bagan, perlukah gambar-gambar/ bagan-bagan dibuat /disiapkan sebelumnya atau langsung dibuat saat kuliah berlangsung.

PENUTUP adalah tahap mengakhiri kegiatan perkuliahan. Penutup sebaiknya jangan dilakukan untuk sekedar basa-basi, tetapi perlu secara bermakna, secara bermakna misalnya dengan membuat  rangkuman dari yang sudah dipelajari, tujuan auat kemampuan apa yang sudah dicapai, kekurangan atau kesalahan apa yang perlu diperbaiki, mengaitkan materi yang sudah dipelajari deengan yang akan dipelajari untuk menumbuhkan motivasi.

PELAKSANAAN

Pelaksanaan merupakan realisasi dari apa yang direncanakan, apa yang telah direncanakan tidak harus dilaksanakan secara kaku. Perencanaan harus dipandang sebagai pedoman. Perencanaan yang baik tentu mmpertimbangkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi sehingga apabila apa yang dilakukan jauh berbeda dari apa yang telah direncanakan, berarti perencanaan kurang baik. Hal ini kemungkinan disebabkan karena dosen kurang memperediksi dan kurang mengantisipasi perubahan-perubahan yang mungkin akan terjadi ketika proses perkuliahan berlangsung.

Ada beberapa factor yang menunjang kelancaran dan keberhasilan perkuliahan dengan kuliah mimbar, yaitu sebagai berikut :

a.    Kerangka berfikir yang jelas

Dalam menjelaskan, dosen hendaknya menggunakan kerangka berfikir yang jelas dan sistematis, sehingga mudah diikuti. Kerangka berfikir jelas dapat dianalogikan seperti seorang yang naik atau turun tangga, ia naik atau turun anak tangga demi anak tangga; tidak meloncat-loncat, naik turun (bolak-balik) sehingga susah diikuti.

b.   Semangat dan motivasi pengajar

Ketika memberi kuliah tunjukan bahwa pengajar memiliki semangat dan motivasi tinggi mengenai materi dan kegiatan perkuliahan. Bagaimana dapat menyemangati dan memotivasi mahasiswa bila pengajar sendiri tidak bersemangat dan tidak bermotivasi.

c.  Berbicara dengan variasi kecepatan dan intonasi

Untuk mengurangi kebosanan dan kejenuhan, variasi kecepatan dan intonasi suara perlu diusahakan gaya bicara yang monoton (dengan kecepatan dan tingkat kekerasan yang sama) mempercepat kebosanan dan penurunan perhatian.

d.   Kejelian membaca situasi

Apabila keadaan kelas tidak seperti yang diinginkan misalnya rebut, kacau, atau mahasiswa tak acuh, pasti itu ada penyebabnya mengetahui apa sebabnya dan mengambil keputusan tepat untuk tindakan selanjutnya akan dapat mengubah situasi tersebut. Mungkin pula penyebabnya dari dosen sendiri, misanya cara bicara yang kurang bersemangat, membuat kesalahan konseptual, atau penjelasan yang kurang sistematis sehingga sukar diikuti. Kualitas penjelasan dosen dapat dibaca dari roman muka para mahasiswa yang menunjukan kepuasan, keheranan, keraguan, kekaguman, ketidak-percayaan, dan lain-lain.

e.   Kemampuan menjelaskan

Penjelasan yang sama sekali tidal jelas, akan mematahkan semangat mahasiswa untuk mengikuti kuliah, sebaliknya penjelasan yang terlalu jelas tidak memberikan tantangan untuk berusaha lebih lanjut secara mandiri.

UMPAN BALIK

Umpan balik dari suatu kegiatan menjelaskan adalah informasi tentang segala sesuatu berkaitan penjelasan tersebut. Umpan balik tersebut dapat berkaitan dengan proses dan hasil. Umpan balik proses berguna bagi dosen umpan balik hasil berguna untuk memperbaiki cara belajar, sedangkan bagi dosen umpan balik berguna untuk memperbaiki cara memberikan kuliah.

Umpan balik dapat dibedakan atas umpan balik langsung dan umpan balik tidak langsung, yang dimaksud umpan balik langsung adalah umpan balik yang diperoleh pada saat itu juga atau dalam perkuliahan saat itu sedangkan umpan balik tidak langsung diperoleh beberapa waktu setelah kegiatan perkuliahan berlangsung (dapat pada hari berikutnya atau perkuliahan berikutnya).

Umpan balik langsung dapat diperoleh melalui pengamatan atau kesan yang diperoleh selama perkuliahan berlangsung, pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab secara lisan atau tertulis. Umpan balik tidak langsung diperoleh melalui tugas-tugas yang harus dikerjakan setelah tatap muka, dapat berupa tugas membaca atau mempelajari apa yang sudah diajarkan atau dikuliahkan atau tugas mengerjakan soal-soal.

Umpan balik untuk mahasiswa dapat diberikan oleh dosen secara lisan berupa komentar-komentar terhapad pekerjaan atau jawaban mahasiswa ; dapat diberikan secara tertulis pada kertas pekerjaan mahasiswa yang diperiksa dan dikembalikan komentar-komentar itu harus yang dapat memotivasi mahasiswa, bukan sesuatu yang menyakitkan dan mematahkan semangat. Umpan balik harus diberikan sedekat mungkin dengan waktu tatap muka. Umpan balik yang diberikan hanya pada saat ujian sudah amat terlambat, karena sudah amat kecil peluang untuk menindaklanjuti.

Umpan balik proses memberi petunjuk kepada dosen apakah proses telah berjalan dedngan baik, apakah dosen memberi penjelasan dengan baik, apakah penjelasan dapat diikuti oleh mahasiswa, sejauh mana mahasiswa menangkap dan memahami apa yang sudah dijelaskan atau apa yang sudah dipelajari, apakah sesuatu bahan perlu dijelaskan ulang, bagian mana yang harus dipelajari lagi kesalahan-kesalahan apa yang tepat dapat ditetapkan tindak lanjut yang tepat.

CONTOH VARIASI KULIAH MIMBAR

Agar efektifitas kuliah mimbar bertambah, perlu dilakukan variasi sedeemikian hinggaperkuliahan menjadi suatu proses pembelajaran yang mengaktifkan mahasiswa. Dibawah ini dikemukakan dua contoh variasi kuliah mimbar yang memenuhi keinginan tersebut, yang disebut siklus tiga langkah dan siklus empat langkah.

Siklus Tiga Langkah :

Kegiatan prkuliahan disusun  menurut tiga langkah sebagai berikut :

Langkah 1: Dosen memberikan informasi mengenai struktur materi pokok

Langkah 2: Orientasi mengenai materi pokok, yang melibatkan mahasiswa secara aktif. Kegiatan mahasiswa antara lain berupa ikut membaca, mencari, membandingkan dan menjawab pertanyaan. Untuk itu dosen perlu menyediakan bahan tertulis berupa Readeer.

Langkah 3: Latihan berupa tugas lengkap atau tugas kecil (bergantung tujuan yang  ingin dicapai) yang dapat dikerjakan secara individual atau kelompok. Dosen memberikan umpan balik misalnya melalui pembahasan pekerjaan salah satu mahasiswa.

Siklus Empat Langkah :

Kegiatan perkuliahan disusun menurut empat langklah sebagai berikut :

Langkah 1: Dosen memberi informasi mengenai struktur materi pokok

Langkah 2: Mahasiswa dibagai menjadi kelompok-kelompok kecil berisi 3 atau 4  orang, untuk menyelesaikan tugas-tugas yang disiapkan dosen dalam Reader

Langkah 3: Hasil kerja kelompok didiskusikan secara pleno, deengan dosen sebagai  pemandu

Langkah 4: Latihan, yang dikerjakan mahasiswa secara individual. Dosen memberikan   umpan balik.

III.  KETERAMPILAN-KETERAMPILAN PENDUKUNG

Pola dan kuliah mimbar ditentukan oleh : (1) gaya pribadi yang khas dari masing-masing pengajar, (2) sifat materi pembelaaran, dan (3) keterampilan mengajar yang digunakan. Agay pribadi seorang dosen dapat berbeda dari yang lain, yang merupakan sifat bawaan.  Ada orang yang gaya bicaranya keras berapi-api, bersemangat (energik), ada yang lemah lemnut, kurang bersemangat, ada yang dapat berbicara dengan variasi dan kecepatan dan intonasi, ada yang gaya bicaranya monoton, ada yang bicara dengan dramatisasi, ada yang tidak, ada yang dapat melucu, ada yang tidak, dan sebagainya. Gaya pribadi dapat diusahakan untuk diubah dengan latihan, tetapi mungkin sukar.

Sifat materi juga dapat menetukan pola pembelajaran. Materi yang bersifat informasi dan fakta-fakta, sukar dibawakan dengan dramatisasi; sedangkan yang berkaitan dengan proses, memungkinkan disampaikan dengan lelucon, gurauan, darmatisasi, atau demonstrasi.

Keterampilan mengajar merupakan sesuatu yang dapat dipelajari dan dilatih oleh seorang dosen.  Keterampilan-keterapilan seperti keterampilan membuka pelajaran, keterampilan bertanya,keterampilan memberi penguatan, keterampilan memotivasi, keterampilan menjelaskan; adalah keterampilan yang dapat dipelajari dan dipraktekan.

Untuk mengoptimalkan efektivitas kuliah mimbar, diperlukan berbagai kuliah pendukung. Keterampilan-keterampilan tersebut dapat dibedakan atas keterampilan pengorganisasian perkuliahan, dan keterampilan penyajian perkuliahan.

Keterampilan pengorganisasian mengacu pada penyusunan bahan perkuliahan, yang meliputi :

  1. Keterampilan membuat struktur perkuliahan,
  2. Keterampilan mengisi bagian pendahuluan,
  3. Keterampilan melaksanakan kegiatan pembahasan utama,
  4. Keterampilan menyusun bagian inti materi perkuliahan,
  5. Keterampilan menggunakan media perkuliahan,
  6. Keterampilan mengisi bagian penutup.

Keterampilan penyajian perkulihan meliputi empat keterampilan, yaitu :

  1. Keterampilan bersikap dalam perkuliahan
  2. Keterampilan mengatur gaya bicara,
  3. Keterampilan memperoleh umpan balik
  4. Keterampilan membuat variasi penyajian perkuliahan.

Dengan menyebutkan kesepuluh macam keterampilan diatas, tidak berarti haya itu saja.  Berdasarkan kreativitas dan kejeliannya, dosen dapat menemukan berbagai keterampilan lain yang mungkin sangat mendukung efektivitas dan efisiensi kuliah mimbar sebagai suatu bentuk perkulihan.

1.  KETERPILAN MEMBUAT STRUKTUR PERKULIHAN

Seperti sudah dijelaskan, kegiatan perkulihan terdiri dari tiga bagian, yaitu pendahuluan, kegiatan pembahasan utama, dan penuutup.  Struktur yangn jelas mengenai apa dan bagaimana masing-masingbagian akan diisi dan dilaksankan akan membantu kelancaran dan penyajian perkuliahan.  Distribusi waktu untuk masing-masing bagian, yaitu berapa banyak waktu yang digunakan masing-masing pendahuluan, kegiatan pembahasan utama, dan penutup, akan meningkatkan efesiens waktu. Kemungkinan terjadinya pemborosan waktu, seperti misalnya banyak waktu untuk kegiatan yang kurangperlu sehingga kegiatan pokok tidak memperoleh waku yang cukup, dapat dihindari,. Penetaan mana bagian penting, mana bagian penunjang pada kegiatan pembahasan utama, juga penting. Dengan demikian, pusat perhatian dapat diberikan terutama pada bagian-bagian pokok.

Bagian pendahuluan ini dapat diisi antara lain dengan :

  1. Menunjukan pentingnya materi yang dipelajari,. Menunjukan pentingnya materi tidak cukup hanya dengan mengatakan bahwa apa yang dipelajari itu penting, tetapi harus menginformasikan kapan, dimana, untuk apa materi itu akan digunakan, baik dalam kehidupan maupun untuk belajar selanjutnya.Tunjukan pula apa keuntungannya apabila materi dikuasai, dan kesulitannya apabila materi tidak dikuasai. Terangkan kedudukan materi yang akan dipelajari terhadap seluruh materi sebagai kebulatan.
  2. Menunjukan secara garis bear bangunan pengetahuan yang akan dipelajari, pola berfikir yang akan ditempuh, dan masalah-masalah yang akan dipecahkan.baik kalau bangunan pook tersebut disajikan secara terti]ulis dalam bentuk hand-out.
  3. Menjaga kesinambungan materi dengan mengulang pokok-pokok yang sudah dipelajari, dan mengkaittkan dengan yang kan dipelajari.
  4. Mengingatkan pengetahuan dan kemampuan yang sungguh-sungguh diperlukan untuk dapat mengikuti prosespembeljaran dan memahami materi pokok.  Tidak terpenuhinya pengetahuan dan kemampuan prasyarat akan menimbulkan kesulitan mahasiswa. Oleh karena itu, dosen perlu menggunakan sedikit waktu untuk memenuho pengetahuan atau kemampuan awal yang dibutuhkan itu.
  5. Menjelaskan secara singkat pokok-pokok yang seharusnya sudah dipelajari, tetapi belum sempat karena pada pertemuan yang lalu belum sempat dipelajari.
  6. Memberi gambaran tentang hasil yang diharapkan (menginformasikan tujuan pembelajaran).

3.   KETERAMPILAN MELAKSANAKAN KEGIATAN PEMBAHASAN UTAMA

Kegiatan pembahasan utama dalam suatu perkuliahan adalah kegiatan menyangkut materi pokok perkuliahan dala rangka mencapai tujuan yeng telah ditetapkan. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :

  1. Bila luas dan kompleks, materi perlu dibagi menjadi beberapa pokok masalah, dan ditunjukan hubungan antara pokok masalah yang satu dengan pokok masalah yang lain, untuk menjaga kontinuitas berfikir.
  2. Pada setiap akhir pokok masalah diadakan pengecekan untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa telah menguasainya.
  3. Dosen perlu membedakan secara jelas mana bagian pokok dan mana bagian pengayaan atau pelengkap, dan menginformasikannya kepada mahasiswa. Dengan demikian, diharapkan mahasiswa dapat mengatur  perhatiannya. Bagian mana yang harus mendapat perhatian lebih dibandingkan bagian yang lain.
  4. Pertanyaan-pertanyaan mahasiswa perlu ditanggapi dengan cepat. Dosen perlu menentukan pertanyaan mana yang harus mendapat tanggapan segera, mana yang perlu ditanggapi dengan serius, mana yang ditunda, dan mana yang tidak perlu ditanggappi secara serius tanpa menimbulkan kesan bahwa pertanyaanya tidak diperhatikan. Hal ini berkaitan dengan sifat pertanyaannya, apakah pertanyaan menyangkut materi pokok, masih dalam lingkup materi yang dipelajari atau tidak, pertanyaan bermakna atau tidak.

Pertanyaan mahasiswa yang bermakna, yang masihdalam lingkup yang dipelajari, dapat menjadi umpan bali yang baik bagi dosen tentang kualitas proses pembelajaran. Dosen hendaknya slalu berusaha untuk mendayagunakan pertanyaan mahasiswa dengan beberapa cara, antara lain :

  1. Mengulangi pertanyaan agar pertanyaan dimengerti oleh seluruh mahasiswa di kelas. Dengan cara ini, mahasiswa yang mengajukan pertanyaan merasa bahwa pertanyaanya diterima dan dihargai, serta dapat mengindari pertanyaan sama dari mahasiswa lain.
  2. Menghargai secara positif setiap pertanyaan yang diajukan misalnya, dengan mengatakan : pertanyaan bagus, kalau pertanyaan sangat penting, pertanyaan yang menarik, dan sebagainya, kalau pertanyaan yang muncul memang baik. Terhadap pertanyaan yang  menurut pandangan dosen tidak bermutu pun, sebaiknya tidak ditanggapi secara negativf, agar tidak merusak motivasi mahasiswa.
  3. Jawaban hendaknya ditujukan dandidengar oleh semua mahasiswa dikelas. Agar semua mahasiswa dapat mengambil manfaat dari pertanyaan dan jawabannya, perlu dihindari kesan dosen mengadakan percakapan pribadi dengan mahasiswa penanya.
  4. Untuk menjaga kontinuitas kerangka berfikirsetiap kali kembali ke pembahasan pokok, informasikan sampai dimana pembahasan sudah dilakukan.

4.   KETERAMPILAN MENYUSUN BAGIAN INTI MATERI PERKULIAHAN

Untuk memperlancar perkuliahan dan mempermudahmahasiswa mengikuti dan memahaminya, bagian inti materi perkuliahan perlu disusun secara sistematis. Pengajar dapat melakukan langkah-langkah antara lain :

  1. Merumuskan pokok masalah secara singkat adan memutuskan kata kuncinya. Yang dimaksud pokok masalah adalah hal pokok yang akan dibahas dalam perkuliahan, merupakan inti dari materi perkuliahan. Sebagai contoh, rumusan pokok masalah dalam kuliah Ilmu Ekonomi seperti “tiga macam sebab penting terjadinya kemunduran ekonomi, “kata kuncinya adalah “sebab-sebab kemunduran”. Dalam kuliah Elektronika Digital, misalnya pokok masalah  “ empat langkah merangkai rancangan logika “, mempunyai kata kunci “ merancang rangkaian logika”. Dengan perumusan secara singkat masalah dengan kata kuncinya, mahasiswa melihat secara jelas struktur kuliah yang akan diikutinya. Dar contoh diatas jelas bahwa yang akan dibahas adalah sebab-sebab kemunduran ekonomi, dan pembahasannyameliputi tiga sebab.sedangkan dari contoh kedua jelas bahwa yang akan dibahas adalah perancangan rangkaian logika yang meliputi empat langkah.
  2. Bila masalah pokok telah ditangkap oleh mahasiswa, dosen selanjutnya memberikan penjelasan atau pembahasan pokok-pokok tersebut. Dalam pembahasan dosen hendaknya memberi peluang atau sebanyak mungkin mengusahakan agar mahasiswa  terlibat secara mental, yaitu ikut berfikir dan berproses.
  3. Dosen harus segera mencari informasi tentang pemahaman mahasiswa akan hal yang baru saja dijelaskan. Umpan balik tersebut diperoleh antara lain dengan mengamati reaksi mahasiswa, mengajukan pertanyaan yang harus dijawab oleh mahasiswatentang materi yang baru dijelaskan, memberikan kesempatan kepada mahasiswa mengajukan pertnyaan atau mengungkapkan kesulitannya. Pertanyaan-pertanyaan seperti : “jelas ?“, atau “ada pertanyaan?” yang diajukan dosen setelah menjelaskan sesuatu, adalah pertanyaan basa-basi yang tidak selalu ditanggapi oleh mahasiswa. Pertanyaan dosen dengan menunjuk permasalahannya, lebih memungkinkan timbul pertanyaan dari pihak mahasiswa. Misalnya : “Dari empat langkah perancangan  rangkaian logika yang baru saja kita pelajari, langkah mana yang paling sulit Anda pahami ?”, “apakah anda sudah menangkap hubungan antara langkah pertama dengan langkah kedua?”.
  4. Mengulangi secara sengkat pokok-pokok masalah yang baru saja diterangkan, untuk menunjukan bangunan pengetahuan.

5.  KETERAMPILAN MENGGUNAKAN MEDIA PERKULIAHAN

Media alat bantu untuk memperlancar proses penjelasan dan membantu untuk menarik perhatian mahasiswa. Media tersebut, antar lain OHP, hand-out,. Yang penting dari pemakaian media adalah penggunaanya harus tepat waktu, tepat materi, dan tepat tujuan. Akan dibahas tiga media yang sering dipakai, yaitu papan tulis, OHP, dan hand-out.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan papan tulis sebagai media perkuliahan :

  1. Papan tulis jangan digunakan untuk menuliskan segala macam hal, tetapi hanya untuk menyajikan hal-hal yang penting saja, seperti diagram, istilah-istilah penting yang selalu akan dipakai, table, penjabaran, suatu persamaan, langkah-langkah penyelesaian contoh soal, masalah pokok yang akan dibahas, dan rangkuman.
  2. Tulisan dipapan tulis harus disusun secara sistematis,sehingga membantu pemahaman mahasiswa. Susunan tulisan yang ruwet dan tidak teratur akan membingungkan mereka.
  3. Tulisan atau gambar yang terpampang di papan tulis harus dapat dilihat oleh semua mahasisaw. Dosen sekali-kali perlu mengeceknya dengan melihat dari jarak tertentu. Posisi berdiri dosen jangan menutupi tulisan atau gambar dipapan tulis.
  4. Selalu mulai dengan papan tulis yang bersih, kecuali memang ada sesuatu yang telah dipersiapkan.
  5. Bila suatu tulisan dan atau gambar perlu dihapus, sebaiknya dihapus seluruhnya, karena sisa tulisan dan atau gambar yang tak diperlukan dapat mengganggu perhatian.
  6. Gambar atau table yang pembuatannya dipapan tulis memrlukan waktu yang lama, sebaiknya disiapkan sebelum kuliah berlangsung, kecuali bila proses pembuatannya merupakan bagian dari penjelasan.

Dalam menggunakan OHP dan LCD, dosen perlu memperhatikan hal-hal berikut ini :

  1. OHP dan LCD  harus diletakkan pada posisi yang paling strategis, sehingga tampilan dilayar dapat dilihat dengan jelas oleh semua mahasiswa.
  2. Hal-hal yang akan ditampilkan dengan OHP dan LCD  harus sudah disiapkan sebelum kuliah berlangsung.
  3. Transparansi OHP atau pada slide pada LCD hanya diisi pokok-pokok yang penting saja, bukan salinan dari buku teks atau semua hal yang akan dikatakan dosen.
  4. Matikan OHP saat tidak dipakai agar lampu tidak cepat putus.

Hand-out adalah bahan tertulis yang berisi bahan-bahan pokok, diagram, ikhtisar, dan keterangan tambahan yang sangat diperlukan dalam proses perkuliahan tetapi yang belum tertulis pada buku teks atau diktat.  Sebagai suatu media perkuliahan, hand-out sangat membantu mahasiswa dalam memahami materi perkuliahan yang dibahas dosen pada saat kuliah berlangsung.  Hand-out dibagikan kepada mahasiswa sebelu perkuliahan dimulai.

6.  KETERAMPILAN MENGISI BAGIAN PENUTUP

Bagian penutup perkulihan jangan diisi dosen hanya dengan basa-basi, misalnya dengan mengatakan : “Karena waktunya sudah habis, maka kuliah diakhiri, dilanjutkan pada pertemuan akan dating “. Sebaiknya bagian penutup diisi dengan kegiatan yang lebih bermakna, seperti :

  1. Membuat rangkuman yang menunjukan kebulatan dari materi yang dipelajari beserta alur berfikirnya.
  2. Menekankan sekali lagi kapan, dimana, dan untuk apa materi yang sudah dipelajari dapat dipakai.
  3. Menunjukan bagian-bagian penting dari materi yang telah dipelajari.
  4. Menginformasikan hubunganantara materi yang sudah dipelajari dengan pokok bahasan berikutnya.

7.  KETERAMPILAN BERSIKAP DALAM PERKULIAHAN

Sikap meliputi penampilan dan sikap mental.  Penampilan dosen hendaknya penuh keyakinan, percaya diri dan bersemangat.  Penampilan semacam ini diharapkan dapat membuat mahasiswa menjadi bersemangat dalam mengikuti kegiatan perkuliahan.  Sikap mental adalah cara dosen menaggapi keberhasilan, kegagalan atau kesalahan mahasiswa.  Tanggapan dosen terhadap pertanyaan, kesalahan, atau komentar mahasiswa hendaknya tidak membuat mereka patah semangat, frustasi, atau rendah didi.  Berilah mereka tanggapan yang memberi semangat, menghargai, bahkan kalau perlu memuji.  Positive-thinking lebih berguna dari negative-thinking.

8.   KETERAMPILAN MENGATUR VARIASI GAYA BICARA

Dalam kuliah mimbar sebagian terbesar kegiatan berupa “ dosen berbicara atau menjelaskan”.  Keterampilan berbicara dengan baik sehingga mampu menarik dan memusatkan perhatian mahasiswa pada apa yang dijelaskan merupakan salah satu kunci keberhasilan. Keterampilan berbicara tersebut antara lain:

  1. Berbicara penuh semangat, energetic, dan tidak loyo.
  2. Berbicara dengan lafal yang jelas.
  3. Berbicara dengan variasi intonasi (keras-lemah suara). Bagian penting yang perlu mendapat tekanan, diucapkan keras, sedangkan bagian yang kurang pentingmisalnya pengantar, keterangan tambahan, diucapkan tidak terlalu keras.  Cara menjelaskan yang monoton dengan suara yang datar cepat menimbulkan kebosanan dan membuat pendengar mengantuk.
  4. Berbicara dengan variasi kecepatan.  Pembicaraan dengan kecepatan yang tetap dalam jangka waktu yang panjang, juga mudah menimbulkan kebosanan.  Perlu mengatur kecepatan, kapan harus berbicara cepat dan kapan harus berbicara lambat.

9. KETERAMPILAN MEMPEROLEH UMPAN BALIK

Dari umpan balik dapat diketahui apakah dosen telah menjelaskan materi dengan baik, serta apakah mahasiswa dapat mengikuti penjelasan, memahami materi, dan telah mencapai tujuan pembelajaran.  Bagi dosen umpan balik dapat iperlukan untuk memperbaiki cara memberi kuliah, sedangkan bagi mahasiswa berguna untuk memperbaiki cara belajar.

Cara-cara yang dapat ditempuh untuk memperoleh umpan balik, antara lain :

  1. mengamati sikap, wajah, dan perilaku mahasiswa.  Keadaan kelas yang selalu gaduh, wajah-wajah yang menunjukan kekecewaan, sikap tidak menghargai dosen, selalu banyak mahasiswa yang tidak mengikuti kuliah, mungkin mengindikasikan sesuatu.  Dosen berusaha mengetahui sebab-sebabnya dan berusaha menghilangkan sebab-sebab itu.
  2. Mengajukan pertanyaan kepada mahasiswa secara teratur dan merata.  Pertanyaan dirumuskan dan diajukan dengan cara yang baik, pertanyaan tidak menimbulkan kesan marah atau menghukum.  Dosen harus menhhargai setiap jawaban yang diajukan mahasiswa, walaupun jawaban itu salah atau kurang benar.
  3. Menciptakan peluang dan memberi kesempatan seluas-luasnya pada mahasiswa untuk bertanya, dan menanggapi positif setiap pertanyaan yang muncul.  Apabila tak pernah ada mahasiswa yang bertanya, belum berarti penjelasan dosen telah dapat diikuti dengan baik, atau materi yang dijelaskan telah dikuasai; tetapi dapat sebaliknya, yaitu penjelasan tak dapat diikuti oleh mahasiswa, mereka tidak memahami tetapi tidak tahu apa yang harus ditanyakan, mahasiswa tak acuh dengan penjelasan dosen karena tidak menarik perhatian mereka, atau tidak ada yang berani bertanya.  Dapat dicoba agar pertanyaan mahasiswa diajukan secara tertulis.

10. KETERAMPILAN MEMBUAT VARIASI PENYAJIAN PERKULIAHAN.  

Variasi cara penyajian penting untukmengurangi kebosanan, menjaga tingkat perhatian, dan menimbulkan minat,.  Variasi itu, antara lain, dapat berupa pemberian tugas kepada mahasiswa untuk melakukan tugas secara individual atau secara berkelompok, menjelaskan satu gagasan dipapan tulis, menjelaskan kembali pokok-pokok yang sudah dijelaskan kepada teman-temannya atau kelompoknya, dan variasi-variasi lain yang dapat ditemukan oleh masing-masing dosen.  Dosen yang kreatif dapat menemukan lebih banyak variasi

Daftar Pustaka

  1. Atwi Suparman (1997). Desain Instruksional. Pusat Antar Universitas., DIKTI
  2. Ary Ginanjar Agustian (2002). Emotional Spritual Quotient (ESQ). Jakarta: Arga.
  3. Buku Kerja, (2000), Ancangan Aplikasi Peningkatan Proses Belajar Mengajar, APTIK
  4. Burton, L (1993). The Constructivist Classroom Education in Profile. Perth: Edith Cowan University.
  5. Buzan, Tony (1989). Use Both Sides of Yoru Brain, 3rd ed. New York: Penguin Books.
  6. Cord (2001). What is Contextual Learning. WWI Publishing Texas: Waco.
  7. De Porter, Bobbi (1992). Quantum Learning. New York: Dell Publishing.
  8. Ditdik SLTP (2002). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning, CTL). Jakarta.:Depdiknas.
  9. Erman, S.Ar., dkk. (2002). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-FPMIPA.
  10. Fischer G , Palen L. Learner-centered design: beyond “gift -wrapping”. Center for Lifelong Learning & DesignUniversity of Colorado at Boulder 1999.
  11. Siswomihardjo  KW.  Kearifan  Guru  Besar  dalam  perspektif  normatif  dan aktualitasnya.  Focus  Group  Discussion:  Kearifan  Guru  besar,  Keteladanan / Budaya Panutan; Universitas Gadjah M ada, 29 Oktober 2004.
  12. Cook  J,  Cook  L.  How  technology  enhances  the quality  of  student -centered learning. Quality Progress 1998;31(7):59-63.
  13. Gardner, Howard (1985). Frame of Mind: The Theory of Multiple Ilntelligences. New York: Basic Bools.
  14. Goleman, Daniel (1995). Emotional Intelligence. New York: Bantam Books.
  15. Harsono, (2004),  Kearifan dalam transformasi pembelajaran: dari teacher-centered ke student-centered learning, Makalah Seminar Implementasi nilai kearifan  dalam  proses pembelajaran berorientasi student-centered learning UGM.
  16. Materi Pelatihan Kurikulum Berbasis Kompetensi, (2008), Model Pembelajaran, DIKTI.

[contact-form-7 404 "Not Found"]