Globalisasi ekonomi dan era informasi mendorong industri menggunakan sumber daya manusia lulusan perguruan tinggi yang handal dan memiliki jiwa kewirausahaan. Akan tetapi tidak setiap lulusan perguruan tinggi memiliki jiwa kewirausahaan seperti yang diinginkan oleh lapangan kerja tersebut. Kenyataan menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil lulusan perguruan tinggi yang memiliki jiwa kewirausahaan.
Ada suatu pendapat bahwa, saat ini sebagian besar lulusan perguruan tinggi di Indonesia masih lemah jiwa kewirausahaannya. Sedangkan sebagian kecil yang telah memiliki jiwa kewirausahaan, umumnya karena berasal dari keluarga pengusaha atau dagang. Tracer study atau penelusuran lulusan perguruan tinggi yang dilakukan terhadap lulusannya (Tracer Study, 2004) menunjukkan bahwa jiwa kewirausahaan menempati urutan paling bawah atau paling lemah. Hasil penelusuran lulusan ini menunjukkan bahwa salah satu misi institusi untuk menghasilkan lulusan yang memiliki jiwa kewirausahaan masih belum terpenuhi. Pada kenyataannya menunjukkan bahwa kewirausahaan adalah merupakan jiwa yang bisa dipelajari dan diajarkan. Seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan umumnya memiliki potensi menjadi pengusaha tetapi bukan jaminan menjadi pengusaha, dan pengusaha umumnya memiliki jiwa kewirausahaan. Jiwa kewirausahaan seseorang tercermin pada berbagai hal misalnya kemampuan kepemimpinan, kemandirian (termasuk di dalamnya adalah kegigihan), kerja sama dalam tim, kreatifitas, dan inovasi. Salah satu kemungkinan penyebab lemahnya jiwa kewirausahaan lulusan perguruan tinggi ini ditengarai oleh proses pembelajaran di perguruan tinggi yang masih terbatas pada teori semata dan belum secara terkondisi membangun jiwa kewirausahaan tersebut dalam kegiatan nyata industri dan dunia kerja. Penyebab lainnya adalah perkuliahan masih bertumpu pada cara pembelajaran Teacher Center yaitu dosen sebagai pusat kegiatan pembelajaran. Cara pembelajaran ini terbukti menghasilkan lulusan yang tingkat kemandiriannya rendah.
Disisi lain, krisis ekonomi menyebabkan jumlah lapangan kerja tidak tumbuh, dan bahkan berkurang karena bangkrut. Dalam kondisi seperti ini, maka lulusan PT dituntut untuk tidak hanya mampu berperan sebagai pencari kerja tetapi juga harus mampu berperan sebagai pencipta kerja. Keduanya memerlukan jiwa kewirausahaan. Oleh karena itu, agar supaya PT mampu memenuhi tuntutan tersebut, berbagai inovasi diperlukan diantaranya adalah inovasi pembelajaran dan perubahan silabus dan konten pada mata kuliah kewirausahaan.
Gambar 1. Model Implementasi Kurikulum Kewirausahaan
Pada Gambar 1 ditunjukkan model perubahan kurikumlum kewirausahaan, diharapkan dengan model tersebut lulusan PT akan memiliki jiwa entrepreneurship yang baik.
Tahapan-Tahapan mata kuliah yang dapat di terapkan dalam pengembangan jiwa kewirausahaan mahasiswa, adalah:
1. Mata Kuliah Ekonomi Teknik (untuk mahasiswa dari program studi engineering atau science)
Pada mata kuliah ini mahasiswa akan diberitahukan pengetahuan tentang konsep dasar ekonomi, bunga, cash flow, investasi dan metode-metode penyusutan, dalam pelaksanaannya mahasiswa akan diberikan contoh tentang konsep bunga dan investasi serta bagaimana belajar menggunakan metode-metode pemilihan investasi (ex, IRR, NPP, BCR, dll)
2. Matakuliah Kewirausahaan dan Perencanaan Bisnis
Pada Mata kuliah ini mahasiswa akan diberikan pengetahuan yang riel bagaimana memunculkan ide sampai dengan pembuatan proposal perencanaan bisnis. Dalam pelaksanaannya mahasiswa akan di dampingi oleh dosen dan diberikan wawasan oleh praktisi.
3. Mata Kuliah Pengembangan Usaha
Pada mata kuliah ini akan dibentuk kelompok-kelompok yang terdiri dari disiplin ilmu yang ada di PT, yang akan mengimplementasikan usaha berdasarkan perencanaan bisnis yang paling layak pada mata kuliah kewirausahaan dan Perencanaan Bisnis dengan pemodalan sendiri atau pihak luar. Pada tahap ini mahasiswa akan di dampingi oleh dosen, ingkubator bisnis dan praktisi.
KURIKULUM KEWIRAUSAHAAN (ENTREPRENEURSHIP) DI PERGURUAN TINGGI
23 Mei 2013
Kurikulum
1 Comment
rzabdulaziz
Globalisasi ekonomi dan era informasi mendorong industri menggunakan sumber daya manusia lulusan perguruan tinggi yang handal dan memiliki jiwa kewirausahaan. Akan tetapi tidak setiap lulusan perguruan tinggi memiliki jiwa kewirausahaan seperti yang diinginkan oleh lapangan kerja tersebut. Kenyataan menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil lulusan perguruan tinggi yang memiliki jiwa kewirausahaan.
Ada suatu pendapat bahwa, saat ini sebagian besar lulusan perguruan tinggi di Indonesia masih lemah jiwa kewirausahaannya. Sedangkan sebagian kecil yang telah memiliki jiwa kewirausahaan, umumnya karena berasal dari keluarga pengusaha atau dagang. Tracer study atau penelusuran lulusan perguruan tinggi yang dilakukan terhadap lulusannya (Tracer Study, 2004) menunjukkan bahwa jiwa kewirausahaan menempati urutan paling bawah atau paling lemah. Hasil penelusuran lulusan ini menunjukkan bahwa salah satu misi institusi untuk menghasilkan lulusan yang memiliki jiwa kewirausahaan masih belum terpenuhi. Pada kenyataannya menunjukkan bahwa kewirausahaan adalah merupakan jiwa yang bisa dipelajari dan diajarkan. Seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan umumnya memiliki potensi menjadi pengusaha tetapi bukan jaminan menjadi pengusaha, dan pengusaha umumnya memiliki jiwa kewirausahaan. Jiwa kewirausahaan seseorang tercermin pada berbagai hal misalnya kemampuan kepemimpinan, kemandirian (termasuk di dalamnya adalah kegigihan), kerja sama dalam tim, kreatifitas, dan inovasi. Salah satu kemungkinan penyebab lemahnya jiwa kewirausahaan lulusan perguruan tinggi ini ditengarai oleh proses pembelajaran di perguruan tinggi yang masih terbatas pada teori semata dan belum secara terkondisi membangun jiwa kewirausahaan tersebut dalam kegiatan nyata industri dan dunia kerja. Penyebab lainnya adalah perkuliahan masih bertumpu pada cara pembelajaran Teacher Center yaitu dosen sebagai pusat kegiatan pembelajaran. Cara pembelajaran ini terbukti menghasilkan lulusan yang tingkat kemandiriannya rendah.
Disisi lain, krisis ekonomi menyebabkan jumlah lapangan kerja tidak tumbuh, dan bahkan berkurang karena bangkrut. Dalam kondisi seperti ini, maka lulusan PT dituntut untuk tidak hanya mampu berperan sebagai pencari kerja tetapi juga harus mampu berperan sebagai pencipta kerja. Keduanya memerlukan jiwa kewirausahaan. Oleh karena itu, agar supaya PT mampu memenuhi tuntutan tersebut, berbagai inovasi diperlukan diantaranya adalah inovasi pembelajaran dan perubahan silabus dan konten pada mata kuliah kewirausahaan.
Gambar 1. Model Implementasi Kurikulum Kewirausahaan
Pada Gambar 1 ditunjukkan model perubahan kurikumlum kewirausahaan, diharapkan dengan model tersebut lulusan PT akan memiliki jiwa entrepreneurship yang baik.
Tahapan-Tahapan mata kuliah yang dapat di terapkan dalam pengembangan jiwa kewirausahaan mahasiswa, adalah:
1. Mata Kuliah Ekonomi Teknik (untuk mahasiswa dari program studi engineering atau science)
Pada mata kuliah ini mahasiswa akan diberitahukan pengetahuan tentang konsep dasar ekonomi, bunga, cash flow, investasi dan metode-metode penyusutan, dalam pelaksanaannya mahasiswa akan diberikan contoh tentang konsep bunga dan investasi serta bagaimana belajar menggunakan metode-metode pemilihan investasi (ex, IRR, NPP, BCR, dll)
2. Matakuliah Kewirausahaan dan Perencanaan Bisnis
Pada Mata kuliah ini mahasiswa akan diberikan pengetahuan yang riel bagaimana memunculkan ide sampai dengan pembuatan proposal perencanaan bisnis. Dalam pelaksanaannya mahasiswa akan di dampingi oleh dosen dan diberikan wawasan oleh praktisi.
3. Mata Kuliah Pengembangan Usaha
Pada mata kuliah ini akan dibentuk kelompok-kelompok yang terdiri dari disiplin ilmu yang ada di PT, yang akan mengimplementasikan usaha berdasarkan perencanaan bisnis yang paling layak pada mata kuliah kewirausahaan dan Perencanaan Bisnis dengan pemodalan sendiri atau pihak luar. Pada tahap ini mahasiswa akan di dampingi oleh dosen, ingkubator bisnis dan praktisi.
EntrepreneurshipKewirausahaanKURIKULUM KEWIRAUSAHAAN