Kategori: Manajemen Perguruan Tinggi


Agile Organisasi


AIR

image sources: http://delphin-indonesia.com/

Organisasi pada saat ini menghadapi tantangan yang sangat berat dalam mempertahankan keunggulan kompetitif dan memperluas pasar dalam lingkungan persaingan yang sangat ketat. Masa depan yang sangat kompleks yang tidak dapat diprediksi dan tidak stabil adalah tantangan pada saat ini. Strategi-strategi tradisional dalam memenangkan persaingan tidak dapat lagi hanya dengan mengandalkan keunggulan teknologi, produk atau harga. Faktor-faktor ini sangat mudah ditiru oleh pesaing atau bahkan oleh pendatang baru yang baru masuk ke pasar.  Cara terbaik adalah organisasi harus dapat menciptakan keunggulan kompetitif dan dengan cepat belajar serta lentur dalam menghadapi setiap perubahan.  Untuk itu organisasi harus dapat dengan cepat menciptakan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan dan mencari solusi-solusi baru.  Kebutuhannya adalah bagaimana menciptakan respon yang cepat terhadap setiap perubahan kebutuhan pelanggan dan ketidakpastian masa depan.

Dalam menghadapi setiap perubahan organisasi biasanya menghadapi kendala dalam hal sumber daya, terutama kendala teknologi dan sumber daya manusia. Kecepatan beradaptasi, sangat tergantung dapat kemampuan sumber daya manusia. Ide-ide dan inisiatif kreatif dari karyawan serta keterlibatannya sangat diperlukan untuk masa depan. Manajemen menciptakan iklim yang kondusif dan melakukan deregulasi aturan-aturan yang dapat menjadi hambatan, oleh karena itu setiap lapisan manajemen diharapkan dapat dengan cepat dalam pengambilan keputusan yang didasari pada informasi dan kedekatan mereka dengan pelanggan.  Setiap anggota organisasi dapat lebih fokus pada pelanggan mereka dan bukan dengan bos mereka.  Oleh karena itu, sebuah organisasi yang lentur dan berorientasi proses adalah mutlak dalam memenangi persaingan.


PENYUSUNAN PROGRAM KERJA PERGURUAN TINGGI


(File download pdf, semoga bermanfaat: Penyusunan Program Kerja Perguruan Tinggi)

IMG_1015

Pada tulisan yang terdahulu, telah didiskusikan bagaimana menggunakan Fish-bone, diagram Pareto dan L-RAISE (Leadership, Relevance, Academic Atmosphere, Internal management, Sustainability, Efficiency and Productivity) untuk menggali dan mencari akar permasalahan yang dihadapi oleh Perguruan Tinggi.  Dengan ditemukan akar permasalahan yang sesungguhnya dan dengan penyusun program kerja yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Selain itu program peningkatan kinerja sebaiknya disusun dan ditentukan setelah melakukan analisa dan mengexplore beberapa faktor yang terkait, seperti:

  •  Evaluasi pencapaian kinerja tahun akademik – Evaluasi ini dapat dilihat dari pencapaian indikator kinerja tahun akademik sebelumnya. Dari nilai indikator yang ada akan terlihat, apakah target yang ditentukan telah tercapai atau belum, sehingga dapat dicari kendala-kendala dan hambatan yang menyebabkan indikator tersebut tidak dapat mencapai target. Ini sebaiknya mendapat perhatian penuh pada program tahun berikutnya. Indikator-indikator ini seperti, perkembangan jumlah mahasiswa, jumlah mahasiswa DO, hasil monitoring (kuesioner mahasiswa, jumlah kehadiran dosen, tingkat kepuasan stakeholders).
  • Analisa kajian internal – Analisa internal dilakukan karena beberapa PTS dapat melakukan perubahan struktur organisasi, jumlah dosen dan tenaga administrasi, fasilitas atau perubahan lainnya yang dilakukan seiringan dengan peningkatan kapabilitas PT dalam menghadapi persaingan dan menangkap peluang. Harapan dari perubahan struktur organisasi dan lainnya di PTS adalah dapat melakukan peningkatan kinerja, efisiensi dan efektifitas dari seluruh sivitas akademika. Sejalan dengan perubahan ini maka kajian internal harus dilakukan. Kajian Internal dapat meliputi : Organisasi penyelenggara, Sumber daya manusia (Dosen dan tenaga pendukung), Kemahasiswaan, Sumber daya pendukung (seperti sarana akademik pembelajaran, penyediaan dan penggunaan teknologi informasi), Sumber daya keuangan, Kerjasama dengan pihak ketiga, dan Penelitian serta Pengabdian.
  • Analisa kajian eksternal – Perubahan dari sisi politik, ekonomi, sosial dan IPTEKS dalam masyarakat, baik nasional maupun iternasional harus juga menjadi perhatian dalam menyusun program kerja tahun berikutnya. Seperti : Perubahan kondisi perekonomian daerah dan nasional, Perubahan peraturan dan perundangan serta kebijakan pemerintah, Globalisasi, Perkembangan teknologi, dan Pergeseran permintaan kualifikasi dan kompetensi lulusan PT.
  • Analisa SWOT – Analisa ini sangat popular dan banyak digunakan dalam menyusun rencana kerja dan strategis. Program kerja sebaiknya dikembangkan melakukan analisis Sterngth, Weakness, Opportunities, and Threats (SWOT) terhadap kondisi internal dan eksternal.

 Berikut ini adalah contoh beberapa program peningkatan kinerja yang dapat disusun.

1. PENINGKATAN KUALITAS DOSEN DAN PROSES PEMBELAJARAN

Program ini dapat dilihat dari banyak faktor, mengapa peningkatan kualitas dosen dan proses pembelajaran adalah salah satu program yang sangat penting dan berdampak secara signifikan terhadap kompetensi lulusan dan posisi PT. Program-program yang disusun sebaiknya selalu bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi dosen dalam proses pembelajaran dikelas dan laboratorium.

Kegiatan yang dapat dilakukan adalah:

  • Memberikan kesempatan dan fasilitas kepada dosen yang akan study lanjut.
  • Memberikan kesempatan dan fasilitas dosen untuk memperoleh sertfikasi keahlian dibidangnya.
  • Mendorong dosen untuk dapat menjadi pemakalah pada Seminar Nasional dan International.
  • Memberikan kesempatan bagi dosen muda untuk magang di kelas dosen senior.
  • Pengembangan Metode Pembelajaran, Penguatan Content, dengan Pelatihan Pembuatan Buku ajar dan Bahan Ajar.
  • Pengembangan dan Penyusunan Kurikulum Berbasis Kompetensi sehingga menjadi competitive advantage.
  • Pengembangan program Unggulan di masing-masing Program Studi, sehinggan menjadi centre of excelence.
  • Pengembangan Konsep Kelas Unggulan untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa unggulan dan meningkatkan suasana akademik.
  • Studi banding atau magang dengan PT lain.

2. PENINGKATAN FUNGSI MONITORING DAN EVALUASI

Implementasian program monitoring akan sangat bermanfaat dalam pemantauan jalannya organisasi, program ini dapat melibatkan semua bagian dan unit yang ada, mulai dari self-evalausi, internal audit sampai dengan audit eksternal.

Kegiatan yang dapat dilakukan adalah:

  • Penerapan sistem penjamin mutu PT.
  • Penerapan sistem ISO 9001:2000
  • Peningkatan pengawasan terhadap proses pembelajaran dan pelayanan administrasi.
  • Monitoring materi SAP oleh Jurusan dan peer dosen.
  • Peningkatan dan pengawasan kesuaian materi ajar dengan SAP oleh Jurusan.
  • Audit internal.
  • Audit eksternal.

3. PENINGKATAN KUANTITAS DAN KUALITAS MAHASISWA BARU

Program peningkatan kuantitas dan kualitas mahasiswa baru harus dilakukan secara berkesinambungan, promosi dengan memperkenalkan program-program unggulan dan pencapaian yang telah di capai ke masyarakat. Dengan demikian akan semakin banyak calon mahasiswa baru yang tertarik untuk bergabung, sehingga proses seleksi (keketatan persaingan) semakin baik, dengan sendirinya kualitas mahasiswa baru akan meningkat.

Kegiatan yang dapat dilakukan adalah:

  • Penyusunan materi roadshow, kunjungan dan pameran di SMA.
  • Mengadakan Seminar dan Lomba Nasional yang melibatkan seluruh Pelajar di SMA atau sederajat.
  • Mengadakan seminar-seminar dan pengabdian masyarakat yang pesertanya Pelajar dan Guru SMA.
  • Mengadakan bakti sosial dan pengabdian ke desa-desa dan kecamatan.
  • Mengadakan sosialisasi dan pameran pendidikan.

4. MENGEMBANGKAN DAN MENGIMPLEMENTASIKAN ORGANISASI DAN MANAJEMEN INTERNAL

Pengembangkan organisasi dan manajemen yang memiliki standar kerja, peraturan-peraturan yang baku serta dipahami dan dimengerti oleh semua anggota organisasi (sivitas akademika darmajaya) adalah kunci keberhasilan organisasi.

Kegiatan yang dapat dilakukan adalah:

  • Penyusunan standard operation procedure (SOP).
  • Re-engineering process business.
  • Re evaluasi RIP dan Renstra.
  • Re evaluasi program-program yang telah dijalankan.
  • Re evaluasi program MOU dan MOA dengan Stakehoulder.
  • Digitalisasi Perpustakaan khususnya e-jurnal dan e-book untuk textbook yang menjadi rujukan.
  • Optimalisasi dan implementasi Sistem Informasi Terpadu (SIT).
  • Pengembangan dan Penyusunan Kurikulum Berbasis Kompetensi sehingga menjadi competitive advantage.

5. PENINGKATAN SUASANA AKADEMIK

Program ini dikembangan dengan tujuan peningkatan serta semakin baiknya suasana akademik. Peningkatan suasana akademik akan berdampak secara signifikan pada peningkatan kualitas dan kompetensi sivitas akademika serta motivasi belajar mahasiswa.

Kegiatan yang dapat dilakukan adalah:

  • Mengadakan dan Mengikuti perlombaan ilmiah yang sesuai dengan bidang ilmu. Jurusan bekerjasama dengan Himpunan dan bagian terkait membentuk kelompok-kelompok studi dan mahasiswa binaan.
  • Melakukan Benchmarking dan Study Banding dgn perguruan tinggi lain, serta aktif melakukan kerjasama research dan pengabdian.
  • Melibatkan mahasiswa dalam penelitian-penelitian dosen.
  • Mengadakan kegiatan-kegiatan akademik maupun non akademik yang melibatkan mahasiswa secara aktif.

6. PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS PENELITIAN, PENGABDIAN SERTA OUTPUT PT.

Perkembangan IT dan pemamfaatannya  dalam mengoptimalkan usaha peningkatkan kualitas dan kuantitas penelitian adalah salah satu strategi yang dapat dilakukan. Kegiatan-kegiatan yang disusun sebaiknya bermuara kepeningkatan kompetensi dosen dalam penelitian, peningkatan kualitas dan kuantitas penelitan dan pengabdian, disini juga termasuk Ouput PT secara keseluruhan seperti buku, paten dan lain-lain.

Kegiatan yang dapat dilakukan adalah:

  • Mengadakan workshop dan perlatihan penyusunan proposal penelitian dan pengabdian.
  • Mengadakan perlatihan tentang pengajuan paten.
  • Mengadakan penulisan buku ajar dan textbook.
  • Penerbitan junal ilmiah dan pelatihan penulisan jurnal ilmiah
  • Mengadakan kerjasama penelitian dan pengabdian.

7. PENINGKATAN FUNGSI DAN PERAN PEMBIMBING AKADEMIK (PA), KONSELING DAN KEPEDULIAN KEPADA MAHASISWA.

Pembimbing akademik (PA) dan unit konseling mempunyai peranan yang sangat penting dalam membantu mahasiswa menyelesaikan studinya secara cepat dan seefisien mungkin, sesuai dengan kondisi dan potensi individual mahasiswa. Disisi lain PA dan konseling akan dapat memberikan motivasi dan dorongan kepada mahasiswa dalam meningkatkan potensinya serta diharapkan juga akan dapat menurunkan jumlah mahasiswa yang drop out (DO)

Kegiatan yang dapat dilakukan adalah:

  • Pemberian Pembimbing da sosialisasi peran dan fungsi PA.
  • Mengadakan pertemuan antara Jurusan dengan Mahasiswa setiap angkatan.
  • Mengadakan pertemuan antara Jurusan dengan Mahasiswa Akhir.
  • Memantau proses pembimbingan dan pendampingan oleh PA dan unit konseling.
  • Bagian Konseling membuka kelas keluhan dan diskusi antara mahasiswa dengan pimpinan.

8. PENINGKATAN NILAI AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN AKREDITASI INSTITUSI

Nilai akreditasi, baik itu akreditasi program studi ataupun institusi sampai dengan saat ini masih menjadi tolak ukur di masyarakat akan kualitas sebuah program studi di perguruan tinggi.

Kegiatan yang dapat dilakukan adalah:

  • Pelatihan penyusunan borang akreditasi program studi dan institusi.
  • Pedampingan penyusunan borang akreditasi untuk akreditasi ulang program studi yang mendapat nilai yang belum baik dan re-akreditasi .
  • Pedampingan penyusunan borang akreditasi Institusi.

Ada dimana kita? (Posisi Jurusan dan Perguruan Tinggi)


Posisi

Gambar 1. Posisi Jurusan X

Mengetahui posisi Perguruan Tinggi yang kita kelola merupakan bagian penting dalam menentukan langkah-langkah strategis yang akan diimplementasikan. Analisis SWOT yang terdiri dari analisis internal (kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses)) dan analisis eksternal (peluang (opportunities), dan ancaman (threats)), merupakan tools yang dapat digunakan untuk menganalisis posisi PT kita.

Dalam setiap hibah DIkti atau borang Akreditasi kita selalu diminta untuk melakukan evaluasi diri (self-evaluation) dan diminta untuk melakukan analisis SWOT setiap komponen PT, yang menjadi pertanyaan adalah:

  1. Sejauh mana kita serius dalam melakukan evaluasi diri (self-evaluation (SE)), sehingga kita mengetahui kondisi yang sebenarnya.
  2. Apakah evaluasi diri yang dilakukan valid dan credible, jangan-jangan kita hanya melakukan copy-paste dari PT lain.
  3. Apakah hasil evalausi diri, dijadikan bahan dalam menentukan strategi pengembangan.

Penentuan strategis pengembangan dalam rencana strategis (renstra) PT adalah tahapan-tahapan yang akan diimplementasi dalam mencapai aim and vision dari lembaga. Jika SE tidak dilakukan dengan serius sehingga hasilnya menjadi tidak valid, menggapai tujuan dan visi tersebut hanya akan menjadi khayalan.

Di dalam buku panduan penyusunan borang Akreditasi, SE terdiri dari tujuh standar, yaitu:

  1. Visi, misi, tujuan, dan sasaran
  2. Tatapamong, kepemimpinan, sistem pengelolaan, penjaminan mutu, dan sistem informasi
  3. Mahasiswa dan lulusan
  4. Sumberdaya manusia
  5. Kurikulum, pembelajaran dan  suasana akademik
  6. Pembiayaan, sarana, dan prsarana
  7. Penelitian, pengabdian kepada masyarakat, dan kerjasama

Dengan mengisi borang standar-standar tersebut (untuk keperluan renstra. borang diisi dengan valid, karena kadang-kadang untuk akreditasi SE di make up),  posisi PT atau jurusan akan didapat dan diketahui. Dari pengalaman para penyusun rentra PT,  SE untuk hibah lebih baik dari pada untuk Akreditasi. SE yang valid akan memudahkan para pengambil keputusan di Perguruan Tinggi dalam pengambilan keputusan dan terhidar dari kesalahan-kesalahan. Berdasarkan standar-standar SE kita dapat menanyakan kepada para stakeholder (internal dan eksternal), value yang dirasakan oleh mereka terhadap pelayanan yang telah diberikan. Langkah-langkah menentukan posisi dapat dilakukan dengan identifikasi atribut-atribut yang ada pada stakeholder  dengan standar SE. Pertama-tama kita dapat bertanya kepada stakeholder:

  • Apakah visi-misi dan tujuan kita telah menjawab kebutuhan mereka?
  • Apakah Struktur organisasi dan tatapamong telah dapat memberikan jaminan dalam menghasilkan output yang sesuai dengan kebutuhan stakeholder?
  • Value apa yang bisa didapat Stakeholder dari PT kita?
  • Mengapa mereka (mahasiswa dan stakeholder lainnya) memilih PT kita?
  • Apa saja kelebihan keuanggulan PT kita dibandingkan dengan PT lain?

Kita dapat menuliskan daftar jawaban dari semua value dan atribut yang bisa diberikan pada para stakeholder. Gambar 1 adalah contoh posisi jurusan X di lihat dari dimensi Mutu Akademik dan Content dengan Mutu Layanan dan Operasi, berdasarkan contoh terserbut kita dapat dengan mudah mengatahui posisi jurusan atau bahkan PT kita.


Pengembangan Potensi Jiwa Kewirausahaan Mahasiswa Berbasis Inkubator Industri


Perguruan tinggi diharapkan bukan hanya menghasilkan lulusan yang memiliki kompetesi tetapi juga jiwa kewirausahaan. Pada kenyataannya bahwa hanya sebagian kecil lulusan perguruan tinggi yang memiliki jiwa kewirausahaan tersebut. Disisi lain, tingkat pertumbuhan ekonomi berdampak pada tingkat pertumbuhan lapangan pekerjaan, tetapi pertumbuhan tersebut tidak sebanding dengan jumlah tenaga kerja. Dalam kondisi seperti ini, lulusan perguruan tinggi dituntut untuk tidak hanya mampu berperan sebagai pencari kerja tetapi juga harus mampu berperan sebagai pencipta kerja, keduanya memerlukan jiwa kewirausahaan. Oleh karena itu, berbagai inovasi pembelajaran di perlukan untuk dapat menghasilkan lulusan yang memiliki jiwa kewirausahaan.

Pada saat ini sebagian kecil lulusan PT yang telah memiliki jiwa kewirausahaan adalah mereka yang berasal dari keluarga pengusaha atau pedagang. Pada kenyataannya kewirausahaan adalah merupakan jiwa yang bisa dipelajari dan diajarkan. Seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan umumnya memiliki potensi menjadi pengusaha tetapi bukan jaminan menjadi pengusaha, dan pengusaha umumnya memiliki jiwa kewirausahaan. Jiwa kewirausahaan seseorang tercermin pada berbagai hal misalnya kemampuan kepemimpinan, kemandirian (termasuk di dalamnya adalah kegigihan), kerja sama dalam tim, kreatifitas, dan inovasi. Salah satu kemungkinan penyebab lemahnya jiwa kewirausahaan lulusan perguruan tinggi ini ditengarai oleh proses pembelajaran di perguruan tinggi yang masih terbatas pada teori semata dan belum secara terkondisi membangun jiwa kewirausahaan tersebut dalam kegiatan nyata industri dan dunia kerja. Penyebab lainnya adalah perkuliahan masih bertumpu pada cara pembelajaran Teacher Center yaitu dosen sebagai pusat kegiatan pembelajaran. Cara pembelajaran ini terbukti menghasilkan lulusan yang tingkat kemandiriannya rendah.

Industrial Incubator Based Learning (IIBL)

Proses pembelajaran berbasis inkubator industri (Industrial Incubator Based Learning=IIBL) menawarkan sebuah model pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi jiwa kewirausahaan mahasiswa. IIBL dirancang sebagai usaha untuk mensinergikan teori (30%) dan praktek (70%) dari berbagai kompetensi bidang ilmu yang diperoleh dalam perkuliahan (tabel 1). Inkubator industri dan dunia kerja dijadikan sebagai pusat kegiatan pembelajaran dengan suasana atmosfir bisnis yang kondusif yang didukung dengan fasilitas laboratorium yang ada di PT. Mahasiswa dilibatkan secara langsung mulai dari proses perencanaan awal sampai prototype produk dan pembuatan business plan. Dosen berperan sebagai pembimbing selama proses pembelajaran IIBL berlangsung, sedangkan mahasiswa berperan sebagai obyek yang akan bangkitkan jiwa kewirausahaannya.

Tabel 1. Kegiatan, Tutor dan Partisipan

Kegiatan Persentase Tutor Partisipan
Perkuliahan, motivasi dan sharing pengalaman 30% Dosen – Praktisi Mahasiswa
Praktek di Inkubator Industri (Prototyping dan Business Plan) 70% Dosen – Praktisi Mahasiswa
Kompetisi prototype, Bussines Plan dan Feedback Dosen Mahasiswa

Proses pembelajaran ini mencoba membangkitkan jiwa kewirausahaan mahasiswa yang diekspresikan dalam 5 aspek yaitu Kepemimpinan, Kemandirian, Kerja sama dalam tim, Kreativitas dan Inovasi. Model program pembelajaran berbasis inkubator industri atau Industrial Incubator Based Learning (IIBL) ditunjukkan pada gambar 1.

iibl

Gambar 1. Model Pembelajaran IIBL

 

Tahapan Implementasi IIBL

Langkah-langkah implementasi IIBL ini adalah sebagai berikut:

  1. Langkah ke-1: Membagi peserta kuliah ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 mahasiswa. Setiap kelompok memilih salah satu anggota menjadi ketua kelompok (Team Leader).
  2. Langkah ke-2: Dosen memberikan perkuliahan tentang kewirausahaan.
  3. Langkah ke-3: Dosen tamu dan praktisi industri berbagi pengalaman bagaimana membangun usaha dan memberikan motivasi kepada mahasiswa.
  4. Langkah ke-4: mahasiswa diajak berkunjung ke laboratorium sendiri (banyaknya sesuai kebutuhan) dan ke industri lokal /dunia kerja  yang dipilih bersama mahasiswa.
  5. Langkah ke-5: Mahasiswa mulai masuk inkubator. Di inkubator ini, setiap kelompok mahasiswa dengan didampingi dosen mulai membuat prototype produk atau usaha yang dipilih berdasarkan kebutuhan pasar dan menyusun Bussines Plan.
  6. Langkah ke-6: Kompetisi prototype dan Bussines Plan di jurusan dan antar jurusan.
  7. Langkah ke-7: Pihak PT memberikan bantuan pemodalan untuk implementsi usaha, atau menawarkan prototype atau Bussines Plan pemilik modal.

  Daftar Pustaka

  1. Karl T. Ulrich, Steven D. Eppinger., Product Design and Development., Edisi Kedua, McGraw-Hill, 2000
  2. Sasmoko, Evaluasi Proses Pembelajaran Sebagai Kontrol Kualitas di Lembaga Pendidikan yang Otonom, Makalah Penelitian, 2001
  3. Tontowi, Aliq, Sriasih, Subagyo, Ramdhani, dan Aswandi., Pembelajaran Berbasis Inkubator Industri (Industrial Incubator Based Learning/IIBL) sebagai Model Pembelajaran untuk Mengembangkan Potensi Jiwa Kewirausahaan Mahasiswa Klaster Teknologi Industri, Makalah Penelitian Universitas Gajah Mada, 2004
  4. Umar Husien., Studi Kelayakan Bisnis (Manajemen, Metode, dan Kasus), Gramedia Pustaka Utama, 1999
  5. Zainuddin M., Mengajar di Perguruan Tinggi, Buku ke-empat, Pusat  Antar Universitas untuk Peningkatan Dan Pengembangan Aktifitas Instruksional Dirjen DIKTI Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997


Peningkatan Pengelolaan Perguruan Tinggi Swasta


Peningkatan pengelolaan perguruan tinggi memegang peranan terpenting untuk dapat menjamin keberlangsungan dan eksisten sebuah PTS, adalah salah satu jalan untuk dapat menjadi PTS yang baik dan diperhitungkan di Indonesia.  Oleh karena itu PTS harus menggunakan segala energi dan sumber daya yang ada untuk selalu berusaha melakukan peningkatan pengelolaan organisasinya.

Pada dasarnya pengelolaan PT adalah proses bagaimana meningkatkan produktivitas dan efisiensi pada proses, konten dan sumber daya yang ada. Variabel-variabel keputusan dalam pengelolaan PT sebaiknya diturunkan menjadi variabel yang lebih terukur, sehingga akan menjadi lebih mudah dalam proses perbaikan dan mengukur tingkat keberhasilan yang dicapai.

Salah satu teknik untuk menganalisa dan mencari variabel keputusan dan akar permasalahan serta penyebab utamanya adalah dengan fish bone dan diagram pareto, atau dapat menggunakan model L-RAISE (Leadership, Relevance, Academic Atmosphere, Internal management, Sustainability, Efficiency and Productivity) . Gambar di bawah adalah contoh bagaimana menggunakan fish bone sebagai alat dalam mencari variabel keputusan dan akar permasalahan serta penyebab utamanya.

Gambar

Gambar 1. Variabel-variabel peningkatan pengelolaan PT

Berdasarkan gambar diatas variabel-variabel keputusan dapat diturunkan dan kemudian dicari akar persamalahan serta penyebab utamanya dari sistem yang sedang berjalan.


Rencana Induk Pengembangan Perguruan Tinggi


(source: http://www.jpss.jp/en/univ/63/3704/)

Salah satu persyaratan pendirian perguruan tinggi baru atau perubahan status PT (dari Akademi, Sekolah Tinggi menjadi Institut atau Universitas) adalah Rencana Induk pengembangan (RIP).  Dalam undang-undang No. 234-U-2000, Tentang Pedoman Pendirian Perguruan Tinggi, telah dijelaskan tentang rambu-rambu dan materi pokok yang harus termuat dalam RIP. Sehingga RIP dapat disusun sesuai dengan alur yang diberikan dalam UU 234 atau dapat disusun dengan urutan yang berbeda, tetapi tetap memuat materi pokok yang disyaratkan oleh UU. Penyusunan RIP akan lebih mudah dilakukan oleh PT yang akan melakukan peningkatan status, RIP dapat disusun dari RIP yang telah ada atau dikembangkan dengan melakukan revisi dan penyesuaian.

Berikut ini penjelasan singkat tentang apa yang harus dijelaskan dalam setiap bab atau bagian dalam RIP, pendekatan penyusunan RIP yang digunakan sama dengan UU 234.

BAB I. Pendahuluan (Profil PT)

Pada bab ini dapat menjelaskan tentang Visi, Misi, Tujuan, dan Nilai-nilai yang dianut oleh PT (Budaya kerja, budaya pelayanan, dan lain-lain).

BAB II. Penyelenggaraan Bidang Akademik.

1. Program Kegiatan

Satuan kegiatan yang berdasarkan peraturan perundangan atau peraturan perguruan tinggi memiliki kewenangan dan tanggungjawab yang mandiri untuk merancang, menyelenggarakan dan melaksanakan kegiatan fungsional pendidikan tinggi dan/ atau disiplin ilmu yang dituangkan dalam kegiatan proses pembelajaran yang mengacu pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta keperluan pembangunan masyarakat;  Berdasarkan penjelasan tersebut pada bagian ini dapat dijelaskan tentang program-program kegiatan PT, yaitu tentang Tri Dharma, model-model pembelajaran termasuk teknik dan methode penyampaian, dan jumlah sks yang harus diambil oleh mahasiswa.

2. Organisasi Penyelenggaraan

Suatu badan hukum atau pemerintah dalam hal ini Depdiknas,  Departemen lain dan Lembaga Pemerintah Non Departemen yang  berdasar perundangan yang berlaku dapat menyelenggarakan perguruan tinggi;  Pada bagian Organisasi penyelenggara dijelaskan tentang struktur organisasi PT yang akan didirikan yang sesuai dengan statuta PT, yang terdiri dari unsur pimpinan PT, Fakultas, Jurusan, unsur pelaksana yaitu dosen, dan unsur penunjangan.

3. Sumber Daya Manusia

Tenaga pendidik atau kependidikan dan tenaga penunjang  pendidikan pada perguruan tinggi yang menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan  akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan,  mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan,  teknologi dan kesenian;  Dari penjelasan diatas dapat dijelaskan tentang SDM PT (Profil dosen dan karyawan), dan kebijakan tentang peningkatan kompetensi SDM (tugas belajar atau pelatihan). Pada bagian ini dapat juga ditambahkan dengan penjelasan tentang kemahasiswaan (Program-program dikemahasiswaan, keterlibatan mahasiswa, dan pelayanan untuk mahasiswa di PT yang akan kita didirikan).

4. Sarana Akademik

Semua peralatan penunjang pelaksanaan kegiatan akademik perguruan tinggi sebagai persyaratan pendidikan suatu  perguruan tinggi; Ada dua sarana akademik yang dapat dijelaskan, yang pertama sarana akademik untuk pembelajaran dan kurikulum yang dikembangkan. Menjelaskan bahwa Kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan visi dan misi PT dan kebutuhan stakeholders.

5. Kerjasama

Perguruan tinggi dapat menjalin kerjasama dengan perguruan  tinggi dan/atau lembaga lain baik di dalam maupun di luar negeri yang bertujuan untuk saling meningkatkan dan mengembangkan kinerja pendidikan tinggi yang bekerjasama  dalam rangka memelihara, membina, memberdayakan dan  mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian;  Disini dapat dijelaskan tentang kerjasama kedepan yang akan dibangun oleh PT, misalnya kerjasama dengan industri dan pemerintah, kerjasama dengan PT lain (dibidang tri dharma) baik dalam maupun dari luar negeri.

6. Program Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat

Penelitian merupakan unsur pelaksana di lingkungan perguruan  tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik untuk  melaksanakan kegiatan penelitian/pengkajian.  Pengabdian kepada masyarakat merupakan unsur pelaksana di lingkungan perguruan tinggi untuk menyelenggarakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dan ikut mengusahakan  sumberdaya yang diperlukan masyarakat serta mengendalikan administrasi sumberdaya yang diperlukan;  Dijelaskan tentang organisasi lembaga penelitian dan pengabdian, batasan-batasan dan norma yang dianut dalam penelitian dan pengabidian.  Adapun langkah-langkah yang akan diambil menyangkut diseminsi penelitian, paten dan kerjasama dapat juga dijelaskan.

Bab III. Administrasi Kepegawaian

Pada bagian ini dijelaskan pokok-pokok administrasi kepegawaian di PT yang akan didirikan, seperti; (a) Sistem rekrutmen dan seleksi SDM, (b) Pengelolaan SDM, (c) Peraturan kerja dan kode etik, (d) Pembinaan dan pengembangan SDM, dan (e) Keberlanjutan SDM.

Bab IV. Prasarana Kampus

Sarana  dan  prasarana  merupakan  faktor penting bagi PT. Ketersedian Sarana dan prasarana serta aturan yang penggunannya adalah hal-hal yang bisa dijelaskan. Profile Prasarana seperti jumlah gedung, jumlah kelas, jumlah laboratorium, kantin, dan prasarana olah raga.

Bab V. Pembiayaan

Sumber-sumber penerimaan seperti; biaya pendidikan dari mahasiswa, yayasan, dan dana-dana hibah. Pengeluaran seperti; (a) Biaya operasional yang meliputi: gaji, biaya utility, biaya praktikum, biaya pemeliha-raan, biaya lain-lain. (2) Biaya kemahasiswaan yang meliputi: biaya wisuda, biaya Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS), biaya wisuda,  kegiatan Ekstrakurikuler dan biaya lainnya. Semua komponen biaya-biaya tersebut, yaitu penerimaan dan pengeluaran dibuat prediksinya dan disajikan dalam bentuk cash flow.

Bab VI. Tahapan penetapan sasaran dan kuantitatif dalam bidang akademik, organisasi dan ketalaksanaan serta pengembangan kampus.

Bab ini dapat di bagi menjadi dua sub bab. Sub bab pertama adalah Rencana Pengembangan; Pada bagian ini dijelaskan tahapan-tahapan dalam menentukan rencana dan strategi pengembangan. Tahapan-tahapan yang dapat digunakan adalah; (a) Analisa lingkungan internal dan lingkungan external, (b) Analisa SWOT, (c) Tahapan penetapan sasaran dan pengembangan, dan (d) Penentuan strategi pengembangan. Sub bab kedua adalah Kebijakan, Strategi Pengembangan dan Indikator Kinerja PT, meliputi; Bidang pembelajaran, Penelitian, Pengabdian Kepada Masyarakat, Kemahasiswaan, Sumber Daya Manusia sampai dengan Bidang Penjamin Mutu (Quality Assurance).

Demikian penjelasan dalam urutan dan penyusunan RIP, lebih dan kurang mohon maaf,

Semoga bermamfaat.

Salam Pembelajaran


PENURUNAN JUMLAH MAHASISWA DAN DROP OUT PADA PTS


PENURUNAN JUMLAH MAHASISWA DAN DROP OUT PADA PTS

Penurunan jumlah mahasiswa dan meningkatnya jumlah mahasiswa yang Drop Out pada PTS sangat berpengaruh signifkan terhadap kinerja dan eksistensinya.  Untuk itu PTS sebaiknya melakukan evaluasi diri dengan analisis yang kritis terhadap permasalahan ini. Banyak model analisis yang dapat digunakan untuk melihat, mengelaborasi, dan mencari akar permasalahan serta langkah-langkah strategis yang harus implementasikan.

Model fish bone dan diagram pareto dapat digunakan untuk mencari akar permasalahan dan penyebab utamanya atau dapat menggunakan model L-RAISE (Leadership, Relevance, Academic Atmosphere, Internal management, Sustainability, Efficiency and Productivity) untuk issue yang lebih luas. Analisis in dapat dilanjutkan dengan FORCE FIELD ANALYSIS untuk menentukan alternatif-alternatif langkah-langkah strategis  penyelesaian masalah.

Pada saat ini, hampir sebagian besar PTS mengalami permasalahan tersebut, dimana terjadi penurunan jumlah mahasiswa yang signifkan dan mengalami kesulitan dalam mempertahankan jumlah mahasiswa aktif (peningkatan efisiensi untuk mahasiswa masuk dan lulus pada angkatan yang sama).  Penurunan jumlah mahasiswa ini dapat disebabkan oleh:

  1. Penurunan jumlah mahasiswa yang diterima (mahasiswa baru).
  2. Meningkatnya jumlah mahasiswa yang Drop-Out (pindah, berhenti atau berhenti secara sepihak).

Pada tulisan ini akan didiskusikan tentang fenomena meningkatnya jumlah mahasiswa DO di PTS.  Pada tahap awal PTS dapat melakukan pemetaan terhadap data terhadap jumlah mahasiswa aktif pada setiap semester untuk setiap tahun dan dilakukan analisis untuk melihat trend yang terjadi terhadap data tersebut (jumlah mahasiswa, asal daerah, penghasilan orang tua, dll). Kita akan menemukan pada semester berapakah jumlah mahasiswa terbesar yang DO dan atribut-atribut yang melekat pada mahasiswa tersebut.

Bedasarkan analisis kasar yang dilakukan pada data EPSBED DIKTI, jumlah mahasiswa DO di PTS terbesar terjadi pada:

  • Semester satu ke semester dua, selama ini banyak PTS yang terjebab dengan asumsi bahwa DO terbesar pada semester dua ke tiga, dengan alasan bahwa banyaknya mahasiswa yang pindah ke PTN atau ke PTS lain.
  • Semester akhir, pada semester 5-6 (D3) dan 7-8 (S1). Pada semester ini jumlah mahasiswa DO juga sangat signifikan.

Untuk itu diperlukan langkah-langkah strategis yang berbeda yang harus diimplementasikan untuk kedua permasalahan tersebut.

Langkah-langkah strategi untuk penurunan mahasiswa pada semester satu ke dua

Pada semester awal, dimana seorang mahasiswa mengalami perubahan sistem pembelajaran yang mereka dapat (SMA-Mahasiswa). Dimana seorang Mahasiswa baru yang belum mempunyai motivasi yang baik dan pengetahuan yang cukup tentang program studi yang mereka pilih. Pada kondisi ini program pembelajaran yang diberikan pada mahasiswa seharusnya diatur supaya di senangi oleh mahasiswa serta mereka dapat mengerti dan mengetahui dengan pasti kompetensi yang akan mereka dapat setelah menyelesaikan kuliah.

Langkah-langkah strategis yang dapat diambil adalah:

  • Memberikan bekal yang cukup kepada mahasiswa (mulai dari pelaksanaan ORIES)
  • Memperbaiki kurikulum program studi, khsusnya pada semester awal dengan menempatkan mata kuliah dasar program studi, dan bukan mata kuliah yang sebagian besar pengulangan dari pelajaran di SMA. Dengan tujuan mahasiswa akan semakin mantap terhadap pilihan yang telah mereka lakukan, kompetensi yang akan diperoleh dan profesi masa depan setelah lulus.
  • Memperbaiki dan meningkatkan fungsi dan peranan pembimbing akademik, Peranan PA selama ini hanya sebagai dosen yang melakukan verifikasi harus dilakukan perubahan yang signifikan. PA sebaiknya juga berperan sebagai teman, konselor atau bahkan orang tua bagi mahasiswa.
  • Menyediakan unit konselor khusus bagi mahasiswa yang mempunyai permasalahan non-akademik.
  • Melakukan evaluasi kinerja staf pengajar secara konsisten, dosen-dosen dengan didikasi dan kompetensi yang memadai sebaiknya mengampuh pada matakuliah di semester awal.
  • Menjaga kinerja staf akademik dalam proses pengajaran, yaitu meningkatkan jumlah kehadiran, meminimalisasi jumlah ketidak hadiran dosen di awal-awal semester dan perubahan jadwal kuliah.
  • Melakukan evaluasi terhadap kemampuan dan keahlian mengajar staf akademik khususnya yang mengajar pada semeter 1 dan 2.
  • Menerapkan peraturan akademik secara konsisten (buku pedoman akademik, peraturan akademik)

Strategi untuk Semester akhir pada semester 5-6 (D3) dan 7-8 (S1)

Pada semester akhir mahasiswa rata-rata telah menyelesaikan seluruh mata kuliah yang ada dan tinggal menyelesaikan Tugas Akhir/ Skripsi. Penulisan tugas akhir /skripsi mempunyai karakteristik yang berbeda dengan mengikuti sebuah perkuliahan, sehingga perlu diambil beberapa strategi yang tepat untuk mereka.

Strategi (langkah-langkah) yang dapat diambil antara lain adalah:

  • Melakukan sosialisasi tentang proses dan tahapan-tahapan dalam proses penyusunan skripsi /tugas akhir (Syarat-syarat pengambilan skripsi, kapan batas waktu pemasukan proposal, pendaftaran ujian dan sampai dengan syarat-syarat untuk mengikuti ujian skripsi).
  • Meningkatkan kuantitas dan kualitas pertemuan antara mahasiswa dan Pembimbing (Setiap dosen pembimbing skripsi/tugas akhir mempunyai kelas pertemuan terjadwal selain pertemuan di luar kelas tersebut,  peningkatan kuantitas dan kualitas proses pembingan).
  • Mempersingkat waktu penulisan tugas akhir, Pembimbing skripsi memberikan bimbingan secara optimal kepada mahasiswa.
  • Melakukan evaluasi kinerja pembimbing skripsi secara konsisten dan mencari solusi terbaik terhadap setiap permasalahan yang terjadi.
  • Meningkatkan ketersediaan buku, jurnal dan bahan bacaan yang berhubungan langsung program studi dan topik penelitian.
  • Mengatur rapat/petemuan dengan pembimbing secara regular untuk meningkatkan kualitas dan menyelesaikan masalah yang ada.

Langkah-langkah strategis yang diusulkan diharapkan dapat mengurangi jumlah mahasiswa DO. Tulisan ini hanya hanya dari kaca mata penulis yang sangat terbatas dan hendaknya dapat dijadikan bahan untuk dielaborasi serta didiskusikan dealam mencari solusi yang terbaik pada PTS anda.


Job Placement dan Cooperative Academic Education


Job Placement dan Cooperative Academic Education dalam Upaya Peningkatan Jumlah Serapan Lulusan Perguruan Tinggi

Proses pengembangan program dengan metode job placement dan Cooperative Academic Education merupakan salah satu langkah yang dapat ditempuh oleh PT dalam meningkatkan kompetensi dan daya serap lulusan. Program ini mempunyai beberapa keuntungan dan mamfaat dalam meningkatkan kompetensi lulusan. Program Cooperative Academic Education mensyaratkan bahwa mahasiswa dianggap sebagai tenaga kerja profesional yang bekerja penuh atau paruh waktu sehingga layak mendapatkan kompensasi yang sesuai, mendapat wewenang dan tanggung jawab yang sesuai dengan proporsinya sebagai karyawanan perusahaan.

Secara umum, kompetensi yang diharapkan dari lulusan PT yaitu memiliki dua sisi keahlian yaitu hard skills dan soft skills. Hard skill meliputi kemampuan akademis, analitis, dan berbagai keahlian yang spesifik sesuai pekerjaan yang akan diemban. Sedangkan soft skills meliputi kemampuan intra dan antar personal, kecerdasan emosional , dan yang tidak kalah pentingnya adalah kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan (change management). Namun sangat disayangkan PT sebagaimana pendidikan formal pada umumnya terlalu berfokus kepada hard skills yang menghasilkan tenaga kerja yang ahli di bidang pekerjaannya, namun terkendala dengan permasalah pengelolaan emosi, hubungan antar individu di tempat kerja, maupun ketidak fleksibelan dalam menangani berbagai perubahan yang terjadi di tempat kerja. Hal ini disebabkan kurang terasahnya soft skills lulusan. Program Job Placements dan Cooperative Academic Education diharapkan dapat meningkatkan kompetensi lulusan baik hard maupun soft skills.

Implementasi program ini dapat diterapkan pada mahasiswa program S1 yang telah selesai menempuh pendidikan akademis hingga semester 6 (diharapkan telah memiliki kompetensi keilmuan yang memadai). Metode pendidikan yang dilakukan adalah dengan bekerja di suatu perusahaan, industri, atau UKM selama 3-6 bulan pada jeda peralihan semester. Selama mengikuti program, mahasiswa bekerja secara penuh waktu (full-time) dalam kegiatan sebuah perusahaan, industri, atau UKM yang dapat berupa kegiatan dalam jalur produksi atau manajemen atau pun proyek khusus yang disepakati antara Perguruan Tinggi dan perusahaan terkait. Dari pekerjaan yang dilakukan dalam program ini, mahasiswa mendapat kompetensi dan kompensasi keuangan sebagaimana karyawan dalam suatu perusahaan. Program ini diharapkan dapat melengkapi latar belakang akademis dan kemampuan analisis yang didapatkan selama kuliah dengan pengalaman dalam dunia kerja, sehingga pada akhirnya akan menghasilkan lulusan yang secara akademis berwawasan luas dan sekaligus mampu menjawab tantangan dunia kerja dan menciptakan lapangan kerja.

Tujuan dari program ini adalah:

  1. Meningkatkan kompetensi lulusan PT (hard skills dan soft skills).
  2. Memperpendek waktu tunggu kerja bagi lulusan karena lulusan telah memiliki pengalaman kerja riil sebelum lulus PT.
  3. Merangsang tumbuhnya wirausahawan/wati dari lulusan PT, karena melalui program ini lulusan dapat menggali ide-ide pengembangan kewirausahaan dengan mengkombinasikan pemahaman keilmuannya yang masih sangat kuat dengan dunia kerja yang lebih nyata.

Manfaat dari program ini adalah:

Mahasiswa;

  1. Mengetahui kompetensi yang dimiliki harus dimiliki dan yang sesuai dengan kebutuhan reel di perusahaan/ industri.
  2. Memiliki pengalaman bekerja secara nyata di suatu perusahaan, industri dan UKM , sehingga soft skills dan hard skills meningkat.
  3. Memberikan kesempatan secara langsung untuk dapat terlibat dengan usaha kecil dan menengah untuk mengasah jiwa kewirausahaan mahasiswa.
  4. Memiliki kesempatan untuk secara lebih nyata melihat relevansi antara kuliah dan dunia kerja.
  5. Memperoleh kesempatan yang lebih besar untuk mendapat bekerja di perusahaan yang bersangkutan atau perusahaan lainnya berkat pengalaman kerja yang dimiliki, atau menciptakan lapangan kerja sebagai wirausahawan/wati.

Perguruan Tinggi;

  1. Pengembangan kurikulum yang lebih relevan dengan dinamika dunia kerja.
  2. Meningkatkan kemampuan dosen dalam memberikan kuliah yang relevan dengan dunia kerja.
  3. Memiliki hubungan yang makin erat dengan perusahaan/industri untuk mengembangkan program kemitraan lainnya (misalnya; pertukaran pakar, bantuan alat untuk pendidikan, atau konsultasi).
  4. Ikut membantu dalam pengembangkan usaha kecil dan menengah.Perusahaan;

Perusahaan;

  1. Akan memiliki data yang lengkap tentang lulusan yang memiliki potensi untuk direkrut.
  2. Program yang sifatnya jangka pendek (3 – 6) bulan sangat cocok untuk mengisi kebutuhan SDM jangka pendek.
  3. Program perencanaan untuk pengembangan di bidang SDM lebih terarah.
  4. Memiliki hubungan yang erat dengan perguruan tinggi untuk dapat mengembangkan program kemitraan lainnya.
  5. Bagi UKM dapat memperoleh masukan dari akademisi dalam memperbaiki atau mengembangkan berbagai aspek dalam pengembangan usaha.

Gambar Coop

Gambar 1. Manfaat pelaksanaan program

Tahapan-tahapan dalam implementasi Program Job Placement dan Cooperative Academic Education, adalah:

  1. Tahap kesepahaman mengenai Program Job Placement dan Cooperative Academic Education serta pengumpulan informasi perusahaan dalam database PT.
  2. Tahap kesepahaman dan kerjasama dengan perusahaan/ industri tetang Program Job Placement dan Cooperative Academic Education.
  3. Tahap pembekalan bagi mahasiswa yang akan mengikuti program tsb, yaitu memberikan pembekalan kepada mahasiswa mengenai dunia kerja.
  4. Tahap pelaksanaan program, mahasiswa melakukan Cooperative Academic Education di perusahaan dengan pendampingan oleh dosen PT.
  5. Tahap Job Placement, yaitu telah terjalin saling percaya yang sangat kuat antara PT dan perusahaan sehingga pada saat perusahaan membutuhkan tenaga kerja maka posisi tersebut akan langsung diisi oleh lulusan yang direkomendasikan oleh PT.

Struktur Organisasi Perguruan Tinggi Swasta (PTS)


Struktur Organisasi memiliki dampak yang signifikan terhadap kinerja dan produktivitas anggotanya. Karenanya, setiap perubahan struktur organisasi akan memberikan efek kepada anggotanya (karyawan). Desain perubahan tersebut seharusnya mempertimbangkan banyak hal sehingga memberikan efek positif kepada organisasi dalam mencapai visi dan misinya.

Dari sisi Perguruan Tinggi, Perguruan Tinggi Swasta (PTS) sangat berbeda dengan Perguruan Tinggi Negeri, sehingga didalam mendesain struktur Organisasi sebuah PTS harus mempertimbangankan semua aspek yang ada pada PTS tersebut dan tidak bisa hanya mencontoh atau meniru struktur organisasi PTN.

Dari tiga fungsi tridharma perguruan tinggi, sampai saat ini PTS di Indonesia masih sangat lemah dibidang pengabdian dan penelitian. Beberapa PTS masih fokus pada bidang pengajaran (peningkatan kompetensi lulusan) dan pencitraan karena berdampak langsung kepada jumlah mahasiswa, untuk itu struktur yang di kembangkan harus mengutamakan kedua bidang tersebut.

Pengertian Struktur Organisasi.

Struktur Organisasi adalah Suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian secara posisi yang ada pada perusahaaan dalam menjalin kegiatan operasional (bagaimana pekerjaan dibagi, dikelompokkan, dan dikoordinasikan secara formal) untuk mencapai tujuan.

Dalam mendesain struktur organisasi, terdapat enam elemen kunci yang perlu diperhatikan oleh para manajer, yaitu :

  • Spesialisasi pekerjaan. Sejauh mana tugas-tugas dalam organisasi dibagi-bagi ke dalam beberapa pekerjaan tersendiri.
  • Departementalisasi. Dasar yang dipakai untuk mengelompokkan pekerjaan secara bersama-sama. Departementalisasi dapat berupa proses, produk, geografi, dan pelanggan.
  • Rantai komando. Garis wewenang yang tanpa putus yang membentang dari puncak organisasi ke eselon paling bawah dan menjelaskan siapa bertanggung jawab kepada siapa.
  • Rentang kendali. Jumlah bawahan yang dapat diarahkan oleh seorang manajer secara efisien dan efektif.
  • Sentralisasi dan Desentralisasi. Sentralisasi mengacu pada sejauh mana tingkat pengambilan keputusan terkonsentrasi pada satu titik di dalam organisasi. Desentralisasi adalah lawan dari sentralisasi.
  • Formalisasi. Sejauh mana pekerjaan-pekerjaan di dalam organisasi dibakukan.

(sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Struktur_organisasi)